INFO NASIONAL – Awal September terbit harapan baru di Jakarta. Halte Transjakarta yang menyisakan rangka menghitam serta puing berserak, mulai dibersihkan. Ratusan pasang tangan dari berbagai lapisan masyarakat membersihkan sisa-sisa demo selama sepekan silam. Para relawan menyulam kembali kenyamanan kota yang sempat koyak.
Gotong royong itu menyebar dari Halte Transjakarta Senen Sentral, Halte Senen Toyota Rangga, hingga kaki-kaki Jembatan Penyeberangan Orang (JPO). Sebanyak 215 orang turun tangan, terdiri dari 75 petugas PPSU dengan seragam oranye, 50 pengemudi ojek online dengan jaket hijau-hitam, 50 pedagang Pasar Jaya yang terbiasa menata lapak, 25 pelajar dengan semangat muda, hingga 15 alumni STM dari komunitas SIKAPI yang membawa tenaga dan kenangan masa sekolah.
Scroll ke bawah untuk melanjutkan membaca
“Terima kasih kepada teman-teman ojol, ada dari sopir oplet juga sebetulnya. Terima kasih juga ini ada anak-anak sekolah Jakarta, ada SMK, ada STM. Kemudian, terima kasih kepada peritel. Mudah-mudahan dalam minggu ini Atrium Senen bisa buka kembali. Karena, Jakarta harus hidup. Jakarta harus menghidupkan masyarakatnya,” kata Wakil Gubernur DKI Jakarta Rano Karno yang ikut berpeluh bersama warga pada Senin, 1 September 2025.
Pemprov DKI Jakarta bersama pasukan pelangi membersihkan sisa aksi massa. Dok. Pemprov DKI Jakarta
Gerakan ini sejalan dengan instruksi Gubernur Pramono Anung, yang sehari sebelumnya menegaskan bahwa fasilitas umum harus segera dipulihkan. “Halte dan fasilitas umum yang terbakar dan dirusak segera diperbaiki. Tadi saya juga sudah meminta kepada masing-masing kepala dinas mereka untuk proaktif, dan di lapangannya saya sudah melakukan pengecekan,” ujar Pramono di Balai Kota Jakarta pada Sabtu silam.
Jakarta terguncang selama sepekan. Berawal dari demo di gedung DPR pada Senin, 25 September 2025, yang berlanjut hingga tengah malam. Sempat reda sehari sesudahnya, kemudian kembali memanas pada Kamis akibat insiden pengemudi ojek daring yang tewas.
Setiap malam berbagai sudut kota menampilkan panggung amarah massa. Api melahap halte Transjakarta dari Bundaran Senayan hingga Senen. Dari berbagai sumber, setidaknya tercatat tujuh titik menjadi abu dalam hitungan jam. Puluhan halte lain meninggalkan luka: pintu besi gosong, kaca pecah berserakan, coretan grafiti memaki di dinding-dinding.
Stasiun MRT Istora Mandiri pun tak luput. Vending machine dijarah, CCTV yang biasa merekam detik demi detik mati total. Gerbang tol ikut dirusak. Slipi, Semanggi, hingga Kuningan lumpuh. Jakarta seakan kehilangan pijakan di antara teriakan massa dan kobaran api.
Bagi sebagian warga, luka itu terasa pribadi. “Saya sebagai warga Jakarta prihatin, terlebih saya juga menggunakan Transjakarta,” kata Alfian, pengguna rutin transportasi murah ini. “Bagaimanapun uang rakyat akhirnya keluar lagi untuk ganti fasilitas yang rusak.”
Keprihatinan juga bertebaran di media sosial. Pudin Syarifudin mengomentari unggahan Transjakarta di Facebook. “Waduh.. sayang sekali padahal ini halte bagus banget kenapa harus jadi sasaran. Harusnya fokus ke sasaran jangan sampai merusak fasilitas umum yg sudah dibangun,” ucapnya.
Finaldi Rusli ikut menyayangkan peristiwa ini. Pemerintah Provinsi Jakarta sudah berupaya memberikan yang terbaik untuk masyarakat kecil. Menyediakan transportasi yg sangat memanusiakan warga dan murah, bahkan gratis untuk golongan tertentu seperti lansia, difabel, dan buruh.
“Yang rugi pasti bukan hanya saya, tapi seluruh pengguna jasa Transjakarta. Sangat disayangkan,” tulisnya.
Sebagai langkah darurat, Pemprov menggratiskan tarif transportasi publik selama sepekan, mulai 31 Agustus hingga 7 September 2025. Pramono memahami kebutuhan warga saat ini terhadap transportasi publik sangat tinggi, namun halte-halte yang terbakar menyisakan mesin tap yang ikut rusak.
“Karena beberapa mesin tidak bisa di-tap, tidak mungkin dipaksakan beroperasi dengan tarif normal. Jadi untuk sementara semua digratiskan,” tutur gubernur kelahiran Kediri ini.
Gubernur Jakarta Pramono Anung (kanan) meninjau langsung progres perbaikan Halte Transjakarta, Jakarta, Senin, 1 September 2025. Dok. Pemprov DKI Jakarta
Perhatian Pemprov bukan sekadar pada fasilitas umum. Saat demo masih berlangsung, tim tenaga kesehatan ikut berjaga. menurut laporan Dinas Kesehatan Jakarta pada 31 Agustus, 469 warga mendapat penanganan medis, dengan rincian 371 pasien rawat jalan, 97 rawat inap, dan satu korban meninggal dunia.
Pendemo yang kondisinya kritis dirujuk ke rumah sakit besar seperti RS Hermina Kemayoran, RS Pusat Pertamina, hingga puskesmas di wilayah terdekat. Setidaknya, Dinkes mengerahkan 24 ambulans yang dikawal 7 dokter, 59 perawat, dan 7 pengemudi ambulans.
Armada medis itu disebar ke titik-titik strategis seperti Senen, Tugu Tani, Slipi, DPR/MPR, Tanjung Priok, hingga Gelora Bung Karno. Di jalanan selama malam-malam mencekam, sirine ambulans menjadi nyanyian getir yang bersahutan dengan teriakan massa.
“Kami memastikan pelayanan medis tetap berjalan karena keselamatan petugas dan warga menjadi perhatian bersama,” ujar Kepala Dinkes Jakarta, Ani Ruspitawati.
Sehari setelah unjuk rasa, Pemprov Jakarta juga menerjunkan seribu petugas Dinas Lingkungan Hidup (DLH) dengan truk sampah, mini dump, hingga alat berat. Di Jakarta Pusat saja, 200 personel mengangkut lebih dari 50 ton sampah, sisa amarah massa yang menumpuk jadi gunungan.
“Alhamdulillah, sejak kemarin operasi kebersihan telah berjalan. Kami berupaya memastikan Jakarta kembali pulih dan bersih pascaunjuk rasa,” kata Kepala DLH, Asep Kuswanto, yang juga mengapresiasi dukungan dari Unit Penanganan Sampah Badan Air (UPSBA) telah mengerahkan 500 petugas tambahan, 25 truk, serta crane berkapasitas 80 ton.
Pembersihan dilakukan serentak di berbagai titik: Senen, Slipi, hingga kawasan DPR/MPR yang mencatat volume sampah tertinggi—70 meter kubik atau sekitar 15 ton. Armada DLH juga menyisir kawasan vital mulai dari Monas, Balai Kota, Istana Merdeka, sampai Masjid Istiqlal.
“Apresiasi setinggi-tingginya untuk seluruh petugas kebersihan yang tanpa lelah memulihkan Jakarta,” ujar Asep.
Chico Hakim, Staf Khusus Gubernur dan Wakil Gubernur, menyebut operasi kebersihan ini sebagai bukti nyata semangat bersama memulihkan kota tercinta.
“Kami bangga melihat bagaimana seluruh elemen Pemprov DKI Jakarta, dibantu oleh partisipasi aktif masyarakat, bergerak cepat untuk memulihkan kondisi kota kita tercinta. Ini adalah wujud nyata dari semangat #JagaJakarta,” ujarnya.
Jakarta Menolak Layu
Denyut kota mulai terasa lagi di Hari Bebas Kendaraan Bermotor (HBKB) atau Car Free Day (CFD) pada Ahad, 31 Agustus 2025. Jalanan Sudirman–Thamrin yang sehari sebelumnya masih penuh serpihan kaca, kini dipenuhi warga yang kembali berlari, bersepeda, atau sekadar berjalan-jalan.
Pramono turun langsung mengecek jalannya CFD sekaligus melihat progres perbaikan fasilitas umum. “Saya tadi melihat sendiri situasi Jakarta pagi ini, untuk mengecek progres perbaikan fasilitas yang rusak di Jakarta. Para petugas seperti PPSU, Dishub dan lain sebagainya sudah terlihat bekerja sejak pagi,” ujarnya.
Pramono menegaskan, CFD tetap digelar karena warga membutuhkannya. “Selain warga yang memanfaatkan momen CFD untuk berolahraga, ada juga yang mencari penghidupan di sana. Ada pedagang kaki lima, ada fotografer, dan masih banyak lainnya,” kata dia.
Demi keberlangsungan kota yang jadi sumber penghidupan semua penghuninya, Pramono mengingatkan agar semua pihak turun tangan.
“Menjaga Jakarta tidak cukup hanya dilakukan Pemprov DKI, tetapi juga perlu keterlibatan publik,” katanya.
Gyanthie Widjayanto, vlogger berjuluk Grandma Uti mengaku kagum dengan kesabaran Pramono membenahi sisa amuk massa di Jakarta. “Tidak mencari yang salah walau terlihat sedih. Langsung cari way out yang cepat agar kesedihan tidak berlanjut,” ucapnya. “Mari kita jaga Jakarta!” (*)