Memasuki bulan September itu artinya waktu bagi orang tua untuk mulai mencari-cari sekolah anak. Ya Moms, bagi Anda yang berencana memasukkan si kecil sekolah tahun depan, biasanya sudah mencari-cari informasi seputar sekolah. Sejumlah sekolah pun sudah mulai membuka open house untuk mendapatkan informasi-informasi yang dibutuhkan oleh para orang tua baru.
Tetapi, tahu enggak sih, penelitian terbaru di Inggris menemukan orang tua saat ini mulai beralih mencari informasi sekolah anak lewat beberapa platform media sosial, seperti TikTok dan Instagram, serta ulasan-ulasan yang dicari lewat aplikasi kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI). Penelitian tersebut dilakukan Good Schools Guide (GSG), namun diingatkan bahaya yang tidak banyak diketahui orang tua.
Dikutip dari The Independent, GSG memperingatkan para orang tua bahwa pilihan pendidikan kini seakan dipaksa oleh algoritma dan informasi singkat dari para influencer pendidikan yang dangkal. Sehingga, orang tua cenderung lebih memilih atau mencari konten yang cepat dan relevan, daripada membaca laporan inspeksi yang dikeluarkan Kantor Standar Pendidikan, Layanan, dan Keterampilan Anak Inggris (Office for Standards in Education, Children's Services and Skills/Ofsted).
"Orang tua tidak lagi membaca laporan Ofsted, mereka menonton TikTok. Hal ini seharusnya membuat kita waspada. Pilihan pendidikan terlalu penting untuk diserahkan seluruhnya pada algoritma, serta cuplikan singkat dari para influencer pendidikan yang dangkal," tegas redaktur pelaksana GSG, Melanie Sanderson.
Ofsted sebenarnya berencana mengganti sistem penilaian yang selama ini hanya berupa satu kata. Nantinya, digunakan kode warna dengan lima peringkat di 10 kategori, agar laporan tentang sekolah lebih jelas dan mudah dipahami.
Namun, hasil survei GSG terhadap 2.000 orang tua menunjukkan banyak orang tua yang sudah mengabaikan laporan Ofsted ketika mencari sekolah untuk anak-anak mereka. Hanya 31 persen orang tua yang masih menggunakan laporan tersebut untuk membantu memilih sekolah. Namun, angkanya turun menjadi 21 persen pada orang tua gen Z yang lebih muda.
Sebaliknya, 16 persen dari seluruh orang tua beralih ke media sosial, angkanya meningkat menjadi 29 persen untuk orang tua gen Z. Sementara itu, 12 persen orang tua juga mulai menggunakan AI seperti ChatGPT untuk mencari ulasan tentang sekolah anak, dan pada kelompok orang tua gen Z angkanya mencapai 16 persen.
"Kami paham orang tua yang minim waktu sangat membutuhkan bantuan lebih untuk memilih sekolah yang tepat. Tetapi, tidak mengherankan mereka enggan membaca laporan Ofsted yang monoton dan hanya berdasarkan peraturan," ujar Sanderson.
Sanderson juga mengingatkan lonjakan akun online 'palsu' yang menawarkan atau memberikan daftar 'sekolah terbaik' atau sekolah yang kurang direkomendasikan, yang seringkali menggunakan informasi yang sudah ketinggalan zaman.
"Ada juga pemberi les dari suatu universitas dan sekolah yang mengaku-ngaku, berpura-pura menjadi tutor, lalu kemudian mulai menyebut sekolah terbaik, tanpa konteks dan komentar yang asal-asalan," tutur dia.
Di sisi lain, juru bicara Ofsted yang tidak disebutkan namanya mengatakan, laporan yang dikeluarkan mereka telah menjadi sumber informasi utama bagi banyak orang tua.
"Perubahan yang kami buat berdasarkan temuan kami akhir tahun ini akan memungkinkan orang tua mengakses informasi yang jelas, terperinci, dan bermanfaat tentang sekolah, perguruan tinggi, dan tempat penitipan anak," pungkasnya.