REPUBLIKA.CO.ID, GAZA— Pakar militer dan strategi, Kolonel Hatem Karim Al-Falahi, mengatakan pasukan cadangan yang dipanggil tentara pendudukan Israel untuk menggantikan pasukan reguler di Gaza tidak memiliki kemampuan tempur.
Kondisi ini akan membuat mereka rentan menjadi bulan-bulanan seperti yang diperingatkan oleh Kepala Staf Israel Eyal Zamir.
Dikutip Aljazeera, Selasa (2/9/2025), Kolonel Al-Falahi menjelaskan bahwa memanggil pasukan cadangan akan memungkinkan pasukan reguler, yang menderita beban besar, untuk mengabdikan diri mereka bertempur di berbagai medan, di Suriah dan Lebanon, selain Jalur Gaza, yang dianggap sebagai medan pertempuran utama oleh tentara penjajah Israel.
Dalam analisisnya tentang kancah militer di Gaza, Kolonel Al-Falahi menambahkan tentara penjajah berusaha merekrut lima brigade untuk bertempur di Gaza dan menguasai wilayah tersebut, selain berusaha mengisi kekurangan di semua lini, seperti Angkatan Udara, intelijen dan dukungan logistik.
Tentara pendudukan Israel mengalami berbagai masalah, ada kekurangan peralatan dan kendaraan, selain kekurangan amunisi dan jumlah, terutama di pasukan teknik, dan juga membutuhkan penembak jitu yang terlatih.
Kolonel Al-Falahi percaya bahwa tentara pendudukan Israel akan membutuhkan waktu, bahkan jika mereka berhasil memenuhi kekurangannya, karena jumlah yang mereka bawa membutuhkan pengalaman tempur, sulit untuk menyamai tingkat kompetensi tentara reguler Israel.
Kepala Staf Israel mengatakan bahwa tentara sedang berperang dalam perang yang tidak ingin mereka lawan, mengetahui masalah yang diderita tentara, termasuk kemampuannya yang lemah dan kinerja tempur yang buruk, selain bunuh diri di antara para tentaranya dan penolakan pasukan cadangan untuk mematuhi perintah.
Zamir menyadari bahwa operasi militer di Kota Gaza akan menyebabkan proses gesekan besar di jajaran pasukannya.
Inilah mengapa dia menolak untuk memanggil pasukan besar dari cadangan dan lebih memilih untuk melakukan operasi bertahap, serta menolak untuk menundukkan Jalur Gaza di bawah kekuasaan militer, menurut Kolonel Falahi.