Liputan6.com, Jakarta - Lonjakan jumlah satelit aktif yang mengelilingi Bumi kini menjadi masalah yang serius bagi para astronom dan pengamat langit.
Jumlah satelit yang terus meningkat sekarang lebih dari 12.000 satelit. Angka ini hampir dua kali lipat jika dibandingkan dengan kurang dari tiga tahun lalu.
Jika terus dibiarkan, hal ini dapat mengganggu pemandangan langit malam dan merusak foto-foto yang diambil teleskop.
Mengutip Gizmodo, Senin (1/9/2025), sebuah studi ilmiah terbaru yang diterbitkan di server arXiv menemukan bahwa sebagian besar konstelasi satelit, termasuk yang dioperasikan oleh perusahaan besar seperti SpaceX, melebihi batas kecerahan yang ditetapkan oleh International Astronomical Union (IAU).
Temuan ini menunjukkan bahwa pertumbuhan industri luar angkasa sering dilakukan tanpa mempertimbangkan dampaknya terhadap pengamatan kosmik.
Perkembangan kondisi ini bisa menimbulkan kekhawatiran yang lebih besar di kalangan ilmuwan yang ingin menjaga keaslian dan keindahan langit malam bagi generasi mendatang.
Batas Kecerahan yang Diabaikan
Studi ilmiah ini juga membandingkan tingkat kecerahan satelit di orbit dengan batas yang ditetapkan oleh Center for the Protection of the Dark and Quiet Sky (CPS) milik IAU.
Hasilnya menunjukkan hampir semua satelit yang diteliti ditemukan lebih terang dari batas yang menjadi standar untuk astronomi profesional, yaitu+7 magnitudo,.
Pelanggar yang paling sering melebihi batas kecerahan adalah konstelasi satelit BlueWalker yang merupakan milik AST SpaceMobile.
Satelit mereka memiliki tampak rata-rata magnitudo +3,3 yang jauh di atas batas aman yang telah ditetapkan.
Karena alasan susunan komunikasi yang sangat besar juga, satelit ini menjadi konstelasi satelit yang paling terang yang dimiliki AST SpaceMobile.
Kondisi ini menunjukkan bahwa beberapa perusahaan lebih mengutamakan fungsi operasional satelit tanpa mempertimbangkan dampak yang ditimbulkan terhadap pandangan langit malam.
Upaya SpaceX dan Satu Pengecualian
Di sisi lain, SpaceX diketahui telah berupaya bekerja sama dengan para astronom untuk mengatasi masalah satelit-satelit yang mereka timbulkan.
Satelit Starlink generasi awal memiliki kecerahan sekitar +3 magnitudo, namun berkat modifikasi yang telah dilakukan, angka tersebut berhasil diturunkan menjadi +5 atau +6.
Namun, laporan ini juga menyoroti masalah baru, meskipun satelit Starlink Gen 2 Mini memiliki ukuran empat kali lebih besar dari generasi baru Starlink, satelit ini memiliki kecerahan rata-rata yang lebih tinggi karena mengorbit di ketinggian yang lebih rendah.
Akibatnya, upaya yang sudah dilakukan untuk mengurangi dampak ini terasa kurang berhasil.
Satu-satunya pengecualian adalah OneWeb. Karena satelit mereka mengorbit di ketinggian lebih tinggi, tingkat kecerahannya masih sesuai dengan batas yang disarankan.
Ini membuktikan sebenarnya ada solusi teknis yang bisa diterapkan, tetapi sayangnya solusi ini masih jarang diikuti oleh perusahaan lain.
Pentingnya Regulasi untuk Langit Malam
Selama ribuan tahun, bintang telah menjadi sumber inspirasi, ilmu pengetahuan, dan bagian penting dari budaya manusia.
Masalah ini tidak sebatas urusan penelitian astronomi saja. Publik juga memiliki hak yang mereka miliki untuk menikmati langit malam yang alami.
IAU sudah menetapkan batas +6 magnitudo sebagai standar estetika agar satelit tidak mengganggu pemandangan bintang. Namun, sayangnya hingga saat ini aturan ini masih sebatas imbauan saja dan belum mengikat.
IAU terus berupaya keras mendorong pemerintah dan badan antariksa dari berbagai negara untuk membuat regulasi yang tegas untuk industri luar angkasa, tetapi sejauh ini sebagian seruan tersebut masih diabaikan.
Jika ingin menjaga keindahan langit malam yang kemurniannya terjaga untuk generasi mendatang, aturan yang mengikat harus segera diberlakukan.