Mantan Menko Polhukam Mahfud MD punya analisis tersendiri terkait demo yang berlangsung di berbagai wilayah di Indonesia. Sebagian, berakhir ricuh dan jatuh korban jiwa.
Mahfud menilai, demo yang menuntut berbagai hal memang asli berasal dari aspirasi masyarakat. Tapi, ada saja pihak yang menunggangi demo dan berakhir ricuh.
"Ya, saya sudah berkali-kali katakan bahwa munculnya demo ini aslinya adalah organik. Organik itu ada alasan-alasan yang memang muncul dari bawah dan riil," kata Mahfud MD di Kepatihan, Yogyakarta, Kamis (4/9).
"Cuma, kemudian ada yang menunggangi. Menunggangi dengan mendalangi itu berbeda," ujar dia.
Mahfud menilai, berbeda antara dalang dan menunggangi. Ini pula yang sempat menyulitkan aparat untuk membedakan sehingga demo berakhir ricuh.
"Kalau mendalangi itu dia yang merencanakan, lalu dia yang menggerakkan. Ini ndak. Masyarakat organik. Makanya tidak tersentuh oleh intelijen sebelumnya. Tiba-tiba muncul blur gitu, kan, karena pemicunya muncul, ya, organiknya muncul juga," jelas dia.
Mahfud menegaskan tak tahu persis siapa yang menunggangi atau mendalangi demo hingga akhirnya berujung perusakan dan aksi anarkistis.
Di sisi lain, mantan cawapres 2024 itu, menyebut, gelombang protes yang muncul tak lepas dari ungkapan kekecewaan warga atas pemerintah dan legislatif.
"Pokok masalahnya itu akumulasi kekecewaan publik terhadap berbagai kebijakan pemerintah yang tidak pernah ditanggapi serius. Jadi, bertumpuk-tumpuk masalah enggak pernah ditanggapi, terkadang malah hanya diketawain, disindir, macam-macam. Sehingga kemudian muncul gerakan itu," ungkap dia.
Kini situasi sudah kondusif. Para perusuh sudah ditangkap polisi. Berbagai kota juga kondusif meski masih ada demo-demo yang muncul.
Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi itu menilai, memang tidak mudah mengelola sebuah negara. Semua pejabat harus paham, tidak bisa merespons sebuah masalah, seperti saat berbincang di warung kopi.
"Ya, kita belajarlah dari pengalaman itu untuk menjadi lebih baik, karena ngurus negara ini tidak seperti ngurus warung kopi. Bisa dibawa bergurau karena orangnya sedikit. Kurang gula sedikit, tambah dikit, ini terlalu manis, tambah airnya dan sebagainya," tutur dia.
"Ini ngurus banyak. Tanggapannya terhadap berbagai persoalan itu tidak, kurang berkualitas lah. Sehingga muncul gerakan-gerakan yang sifatnya organik yang tadinya satu-satu ada di sana, di sana, lalu bergerak bersama di hari yang sana, di hari yang sama karena pemicu yang sama," ucap dia.