REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Jaringan Muslim Madani (JMM) menyesalkan terjadinya kerusuhan yang terjadi pada gelombang aksi unjuk rasa di berbagai daerah pada 26-31 Agustus 2025.
Demonstrasi diwarnai dengan berbagai tindakan melawan hukum seperti pengrusakan fasilitas umum termasuk penjarahan rumah pribadi.
Direktur Eksekutif JMM, Syukron Jamal, mengatakan pihaknya mendukung aksi demonstrasi sebagai medium untuk menyampaikan pendapat dan menyuarakan aspirasi sebagaimana dijamin konstitusi sebagai bagian dari sistem demokrasi yang dianut oleh Indonesia. Hal tersebut juga sebagaimana telah diatur dalam UU nomor 9 tahun 1998 sebagai landasannya.
Dia menyebutkan, aksi unjuk rasa yang terjadi pada 26-31 Agustus 2026 yang sejatinya ingin menyampaikan berbagai persoalan terkait kehidupan sosial ekonomi kian sulit dihadapi masyarakat, telah dinodai berbagai pelanggaran hukum.
“Hal ini menimbulkan beragam kerusakan bahkan penjarahan jelas tidak sesuai dengan kehidupan demokrasi yang konstitusional dan berkeadaban yang kita cita-citakan,” kata Syukron yang juga Dosen Universitas Islam Depok ini, dalam keterangannya kepada media di Jakarta, Rabu (3/9/2025).
Syukron mengungkapkan, insiden itu terjadi karena adanya hasutan dan provokasi yang dilakukan pihak-pihak tidak bertanggungjawab.
Dia mengatakan, aksi dilakukan melalui berbagai cara sehingga apa yang menjadi aspirasi dan tuntutan dalam aksi menjadi bias dan kabur bahkan bisa membawa bangsa ini kepada masalah sosial ekonomi dan politik yang lebih parah dimana masyarakat kecil yang paling berdampak nantinya.
Syukron mengatakan, JMM menilai siapapun yang melakukan hasutan dan provokasi memanfaatkan situasi secara jelas telah mengkhianati NKRI.
“Jika dibiarkan tanpa adanya penegakan hukum yang tegas dapat mengancam persatuan dan kesatuan serta persaudaraan antarsesama anak bangsa,” ujar dia.
Dia menyatakan, saat ini aparat penegak hukum atas perintah Presiden Prabowo Subianto tengah melakukan upaya penegakan hukum menindak para pelaku dan provokator termasuk mencari aktor intelektual dalang dibalik kerusuhan yang terjadi tersebut.
JMM, kata dia, mendukung penuh upaya tersebut seraya tetap mengingatkan agar langkah-langkah yang dilakukan berlangsung adil dan transparan.
Dia menyebut, oknum atau siapapun yang melakukan hasutan, provokasi bahkan adu domba yang kemudian berimbas pada aksi unjuk rasa anarkis adalah perbuatan keji yang juga jelas ditentang dalam syariat Islam.
Dia menelaskan, Nabi Muhammad SAW dalam hadist yang diriwayatkan Muslim bahkan secara tegas menyebut orang-orang yang melakukan perbuatan tersebut (namimah) sebagai "orang-orang yang paling buruk diantara kalian".
Syukron mengutip Surat Al-Qalam ayat 10-11 yang artinya: "Dan janganlah kamu ikuti siapapun yang mengobral sumpah lagi berkarakter rendah, yang suka mencela yang senang mengadudomba (memfitnah)."
Atas dasar itu, kata dia, JMM mengajak semua pihak untuk kembali ke khittah dalam setiap menyampaikan aspirasi melalui aksi unjuk rasa secara konstitusional, menjaga kepentingan umum, menghargai dan menghormati hak orang lain.
BACA JUGA: BREAKING NEWS: Abu Ubaidah Juru Bicara Qassam Dilaporkan Syahid dalam Serangan Bom Israel
Syukron juga mengingatkan pemerintah (eksekutif) dan DPR (legislatif) agar lebih peka terhadap persoalan yang dihadapi rakyat dan dapat mendengar aspirasi tanpa perlu menunggu viral atau ada kejadian luar biasa untuk diperhatikan.
“Semoga bangsa kita dapat melalui setiap masa-masa sulitnya dengan baik dengan semangat kebersamaan dan persaudaraan,” kata Syukron yang juga Dosen Universitas Pancasila ini.