Kisah Hidup yang Membentuk Sikap Munir Terhadap Tentara

3 hours ago 1
informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online informasi akurat berita akurat kabar akurat liputan akurat kutipan akurat informasi penting berita penting kabar penting liputan penting kutipan penting informasi viral berita viral kabar viral liputan viral kutipan viral informasi terbaru berita terbaru kabar terbaru liputan terbaru kutipan terbaru informasi terkini berita terkini kabar terkini liputan terkini kutipan terkini informasi terpercaya berita terpercaya kabar terpercaya liputan terpercaya kutipan terpercaya informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online

POENGKY Indarti pernah bertanya kepada mentor sekaligus sahabatnya, Munir Said Thalib, soal alasannya begitu keras mengkritik tentara. Saat pertama mengenal Munir di Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Surabaya, Poengky mengira orang yang kemudian menjadi atasannya di beberapa organisasi masyarakat sipil itu benci dengan militer.

Scroll ke bawah untuk melanjutkan membaca

Kepada Poengky, Munir bercerita. Saat berusia enam tahun, laki-laki asal Kota Batu, Jawa Timur itu menyaksikan ibunya dipalak tentara. Aparat tersebut dibayar oleh rentenir untuk menagih pinjaman ayah Munir yang seorang pedagang kain.

Ketika itu, sang ayah baru saja wafat. "Munir bilang ke saya, bayangkan bagaimana perasaan anak umur enam tahun melihat ibunya diperlakukan seperti itu oleh tentara," kata Poengky kepada Tempo pada Rabu, 27 Agustus 2025.

Anak itu, kata Poengky, tumbuh menjadi sosok yang selalu kritis terhadap militer. Terutama ketika tentara terlibat dalam urusan-urusan sipil yang bukan tugasnya.

Munir, lahir pada 8 Desember 1965, tumbuh besar di era Orde Baru yang dipimpin Presiden Soeharto. Pada zaman itu, militer memiliki peran besar dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat Indonesia.

Dalam kegiatan advokasinya di LBH Surabaya pada awal 1990-an, Munir juga kerap berurusan dengan militer. Poengky bercerita tentara sering geram melihat aktivitas Munir yang mendorong buruh di Jawa Timur untuk berserikat hingga menuntut hak lewat mogok kerja.

Suatu waktu, Poengky berujar, Munir mendapat gertakan dari salah seorang petinggi militer di provinsi tersebut. "Dia ancam Munir, 'kamu saya jadikan sosis kalau begini terus'," kata mantan komisioner Komisi Kepolisian Nasinoal atau Kompolnas itu. "Tapi Munir cuek saja."

Meski begitu, Poengky berujar pengalaman Munir dengan tentara tidak hitam dan putih. Munir tidak selalu berseberangan dengan para prajurit. Dia, kata Poengky, juga memiliki koneksi di dalam angkatan bersenjata.

Setelah Munir pindah dari Jawa Timur ke Jakarta pada 1995, Poengky berkata mentornya itu tetap lantang mengkritik militerisme di tubuh Orde Baru. Namun, dia tidak menutup diri dari tentara. Munir kadang berdiskusi dengan mereka.

Poengky pernah menyaksikan sejumlah tentara datang ke kantor Imparsial, lembaga pemantau hak asasi manusia (HAM) yang didirikan Munir, di Jakarta untuk berbincang-bincang. "Mereka membocorkan berbagai informasi," ucap Poengky.

Istri Munir, Suciwati, mengatakan suaminya tidak membenci tentara. "Orang-orang berpikir bahwa Munir benci kepada militer, yang dia benci sebetulnya militeristiknya, bukan militernya," kata Suciwati dalam sebuah wawancara dengan Amnesty International Indonesia.

Menurut Suciwati, Munir, yang wafat karena diracun pada 7 September 2024, bahkan ikut memperjuangkan hak-hak tentara. "Para kopral yang berpangkat rendah itu diperjuangkan kesejahteraannya oleh almarhum," ucap perempuan yang menikah dengan Munir pada 1996 itu.

Al Araf, rekan Munir yang pernah menjabat sebagai direktur eksekutif Imparsial, mengatakan isu kesejahteraan prajurit penting bagi Munir. Menurut Al Araf, Munir juga menjadi salah satu tokoh yang berperan dalam mendorong upah layak bagi tentara dalam legislasi negara.

Al Araf mengatakan Munir bersama forum Pro Patria, kumpulan akademikus yang juga mendorong reformasi militer, memberi masukan kepada pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). "Munir mendorong reformasi militer melalui perubahan-perubahan regulasi," kata Al Araf kepada Tempo pada Rabu, 3 September 2025.

Ketika itu, pembahasan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara dan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia sedang berlangsung. Kedua regulasi tersebut dibahas setelah Reformasi 1998.

Seperti Suciwati, Al Araf menganggap Munir tidak benci tentara. "Justru Munir sayang dengan tentara, yang Munir lawan adalah politisasi terhadap institusi tentara yang terjadi pada masa Orde Baru," ucap Ketua Badan Pekerja Centra Initiative itu.

Reformasi militer, termasuk soal peningkatan kesejahteraan prajurit, merupakan bagian dari agenda Munir untuk mewujudkan tentara yang profesional. "Yaitu tentara yang tidak berpolitik, tentara yang tidak berbisnis," tutur Al Araf.

Menurut Munir, banyak persoalan di tubuh militer yang bisa selesai jika prajurit tak dipusingkan dengan asap dapurnya. Mereka jadi bisa berkonsentrasi menjalankan tugas pertahanan negara secara profesional tanpa harus menyambi jadi tukang pukul atau satpam bayaran.

Al Araf menilai reformasi militer yang ikut diperjuangkan Munir pada masanya masih jauh dari kata selesai. Dia berujar saat ini, 21 tahun setelah kematian Munir, tentara masih diberi tugas yang melenceng dari urusan pertahanan negara. 

Di antaranya soal keterlibatan Tentara Nasional Indonesia (TNI) di program food estate hingga jabatan-jabatan sipil di kementerian atau lembaga negara. "Kalau Munir masih hidup, dia akan menilai bahwa transformasi dan reformasi TNI justru mundur jauh ke belakang," kata Al Araf.

Munir dibunuh di langit Romania saat pesawat Garuda bernomor 974 membawanya untuk studi ke Utrecht pada 7 September 2004. Dia berusia 38 tahun saat wafat. Dalang pembunuhan aktivis hak asasi manusia itu belum juga terungkap hingga sekarang.

Read Entire Article