Melansir Reuters, laba bersih BYD merosot 30 persen pada April hingga Juni 2025 dibandingkan periode serupa tahun lalu, menjadi 895 juta USD (6,4 miliar yuan) atau setara Rp 14,7 triliun.
Sebelumnya, BYD berhasil dengan cepat meningkatkan penjualan dengan menciptakan rantai pasok yang terintegrasi, ini membuat biaya produksi lebih terjangkau. Alhasil, mereka mampu menutup pemotongan harga yang dilakukan untuk meningkatkan jumlah penjualan.
Namun, analis Citi menyebut bahwa strategi pemotongan harga yang dilakukan BYD nyatanya gagal meningkatkan penjualan. Justru, BYD harus menggelontorkan dana insentif untuk para diler sebesar 1 miliar yuan selama periode tersebut.
Kemudian, laporan The Business Times melihat bahwa biaya untuk melakukan penelitian dan pengembangan meningkat hingga lebih dari 50 persen dari tahun ke tahun. Ini menunjukkan idealisme BYD yang tetap fokus menciptakan inovasi teknologi, meski marginnya semakin ketat.
Kendati turun di pasar domestik, pasar ekspor BYD mencatatkan kenaikan 50 persen dalam enam bulan pertama 2025 dibandingkan periode serupa tahun lalu menjadi 135,4 juta yuan.
Dampak penurunan laba BYD di China berdampak pada nilai saham perusahaan. Saham BYD Co. LTd. yang terdaftar di Shenzen 3,8 persen. Sementara, saham yang terdaftar di Hong Kong anjlok 5,2 persen.
Menyandang sebagai raksasa mobil listrik dunia, rupanya tidak membuat BYD kebal terhadap konsekuensi kompetisi harga yang semakin ketat. Sebelumnya, pemerintah China telah memerintahkan para produsen untuk menghentikan praktik penurunan harga, lantaran tidak sehat untuk keberlangsungan industri.
BYD mengawali kiprahnya di Indonesia pada Juni 2024 lalu dengan peluncuran tiga model pertamanya, yakni Dolphin, Atto 3, dan Seal. Setelah lebih dari satu tahun, kini penjualan secara wholesales (distribusi dari pabrik ke diler) telah mencapai 31.856 unit.
Tujuh bulan terakhir 2024, sejak Juni hingga Desember, BYD menorehkan distribusi sebanyak 15.429 unit. Angka tersebut naik di tujuh bulan pertama 2025 dengan perolehan total 16.427 unit.
Capaian BYD Motor Indonesia makin moncer setelah merilis sub-merek Denza yang menyasar segmen premium. Penjualan wholesales Denza sepanjang Januari-Juli 2025 berjumlah 6.256 unit. Artinya, total penjualan BYD di Indonesia pada periode Januari-Juli 2025 mencapai 22.683 unit.