Menteri Agama Nasaruddin Umar berdoa seusai menyelesaikan rangkaian umrah wajib di Masjidil Haram, Makkah, Arab Saudi, Sabtu (31/5/2025) dini hari. Menag Nasaruddin Umar selaku Amirul Hajj Indonesia bersama anggota Amirul Hajj telah tiba di Makkah dengan membawa misi kenegaraan penting dalam mengawal pelaksanaan ibadah haji, khususnya memastikan pelayanan terbaik bagi jamaah calon haji Indonesia jelang puncak musim haji 1446 Hijriah/2025 Masehi.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ucapan Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar tentang guru viral di media sosial. Di mana, dia menyatakan bahwa guru jangan ikut-ikutan berdagang seperti pedagang untuk mencari uang.
Terkait hal itu, Menag menyampaikan klarifikasi sekaligus permohonan maaf terkait potongan video pernyataannya yang sempat menimbulkan tafsir berbeda mengenai profesi guru.
“Saya menyadari bahwa potongan pernyataan saya tentang guru menimbulkan tafsir yang kurang tepat dan melukai perasaan sebagian guru. Untuk itu, saya memohon maaf yang sebesar-besarnya. Tidak ada niat sedikit pun bagi saya untuk merendahkan profesi guru. Justru sebaliknya, saya ingin menegaskan bahwa guru adalah profesi yang sangat mulia, karena dengan ketulusan hati merekalah generasi bangsa ditempa,” ujar Menag dikutip dari akun instagram @kemenag_ri, Rabu (3/9/2025).
Menag mengatakan, dirinya pun seorang guru. “Puluhan tahun hidup saya, saya abdikan di ruang kelas, mendidik mahasiswa, menulis, dan membimbing. Karena itu, saya sangat memahami bahwa di balik kemuliaan profesi ini, guru tetap manusia yang membutuhkan kesejahteraan yang layak,” katanya.
Sebelumnya, Menteri Agama (Menag) RI, Prof Nasaruddin Umar menyebut guru sebagai profesi paling mulia karena amal jariahnya terus mengalir.
“Orang kaya membangun masjid, tetapi guru membangun sajid atau orang-orang yang sujud di masjid. Mana yang lebih mulia? Guru membangun manusia,” ungkapnya.
Ia pun berpesan agar para guru di Indonesia, khususnya guru agama tidak minder dengan profesinya. “Bangga lah menjadi guru. Jangan ikut-ikutan pedagang yang tujuannya mencari uang. Guru itu bukan mencari uang, tapi mencari keuntungan sejati: memintarkan orang bodoh dan membangun generasi berilmu,” katanya.