Dikutip dari laman Institut Teknologi Bandung, bahan kimia seperti PFAS (per- and polyfluoroalkyl substances) merupakan substansi kimia oleophobic (antilengket) dan hydrophobic (antiair). Senyawa ini sangat mudah larut dan tidak mudah menguap, sehingga memiliki mobilitas yang sangat mudah dan disebut forever chemical. Karena sifatnya, substansi kimia ini banyak dimanfaatkan dalam industri kesehatan, otomotif, hingga elektronik.
PFAS utamanya berpindah bersama air tanah yang dapat muncul ke permukaan melalui kolam atau danau serta masuk ke saluran air keran. Beberapa negara yang memanfaatkan air keran untuk diminum, menambah risiko masuknya senyawa ke dalam tubuh manusia.
PFAS bahkan banyak ditemukan di kehidupan sehari-hari. Jika memasuki manusia dan hewan, PFAS dapat menimbulkan beberapa gejala efek samping, di antaranya gangguan hormon tiroid dan kanker.
Ini Dampak PFAS pada Ibu Hamil!
WebMD melansir, para ibu juga bisa mengalami komplikasi kehamilan akibat PFAS alias forever chemical ini, mulai dari tekanan darah tinggi dan preeklamsia, yang merupakan kondisi serius penyebab lebih dari 10 persen kematian ibu di seluruh dunia.
Lalu pada janin dapat meningkatkan risiko berat badan lahir rendah, cacat lahir, penyakit hati, gangguan perkembangan, hingga kanker. Beberapa ibu pun dapat mengalami kesulitan menyusui, sehingga harus berhenti memberikan ASI lebih cepat.
"Janin mengalami banyak perubahan biologis penting yang dapat terganggu, dan itu dapat memengaruhi kesehatan bayi di masa mendatang," kata peneliti kesehatan reproduksi di University of California, Tracey Woodruff, PhD, MPH.
PFAS bisa masuk ke janin melalui plasenta, yang menyediakan oksigen dan nutrisi bagi janin yang sedang berkembang. Beberapa racun pun dapat menyelinap masuk, karena bentuk dan ukurannya mirip dengan makanan-makanan yang dibutuhkan jnin untuk bertumbuh.
Sebab, PFAS secara struktural menyerupai asam lemak, dan ini menjelaskan mengapa senyawa kimia ini tampaknya lebih mudah melewati plasenta daripada beberapa polutan persisten lainnya.
Penelitian juga menyatakan paparan PFAS dapat berdampak jangka panjang hingga masa kanak-kanak.
Sebuah studi Finlandia tahun 2024 menunjukkan, jika seorang ibu memiliki kadar PFAS jenis tertentu dalam darahnya (misalnya, ditemukan di beberapa karpet berbulu), anak-anaknya berisiko lebih tinggi terkena leukemia limfoblastik akut, kanker anak yang paling umum. Sebuah studi bulan Juni menemukan anak-anak yang terpapar kadar PFAS tinggi di dalam rahim memiliki risiko tekanan darah tinggi 17 persen lebih tinggi saat remaja.
Penelitian lain menghubungkan paparan PFAS prenatal dengan respons vaksinasi yang lebih lemah, yang menunjukkan sistem kekebalan tubuh anak-anak mungkin tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Sebuah s...