
Peragaan tren mode pria Hermès musim panas 2026 di Paris beberapa hari lalu bertepatan dengan suhu udara yang melonjak tajam. Perubahan iklim dan segala ketidakpastiannya membawa serangan gelombang panas selama fashion week.

Véronique Nichanian, sang desainer, ingin melunakkan situasi ini. Koleksi pria Hermès untuk tren musim panas 2026 menawarkan keklasikan dengan siluet-siluet yang ringan.
Adalah musim panas di kota-kota yang menjadi inspirasi Nichanian. Jika ia membayangkan Eropa, maka panas yang menyengat di siang hari biasanya berganti malam yang sejuk. Bukan tak mungkin musim pun bisa bergonta-ganti dalam satu hari.

Orang-orang lazim membekali diri dengan sweater atau jaket ringan jika ingin keluar seharian pagi hingga malam. Melihat koleksi ini seperti membuka isi lemari pria-pria kota dan mendapatkan pakem-pakem penting seperti setelan longgar dan layering.


Pergelaran mengambil tempat di Palais dIéna, sebuah bangunan mahakarya yang dirancang oleh arsitek Auguste Perret dan simbol modernisme Paris, dengan struktur beton dan keanggunan neoklasiknya.

Kehadiran cermin-cermin besar di sela runway memberi refleksi ruang yang melegakan. Garis lurus, sudut tajam, dan kontur yang rapi, begitu yang disampaikan label mewah ini mengenai koleksi prianya.
Tak mengikuti hingar-bingar desain yang meramaikan pekan mode Paris, Nichanian mengambil jalurnya sendiri. Pria-pria Hermès berpakaian tidak untuk berebut perhatian.
Tampil selalu rapi, mereka mengutamakan kenyamanan dengan didukung kualitas material dan tampilan yang halus. Begitupun pilihan warnanya, warna primer yang mudah dipadu-padan apapun yang menjadi tren di luar sana. Abu-abu, krem, kopi, dan cokelat mendominasi.
Di peragaan ini semua model mengenakan celana panjang. Kebanyakan bersiluet lurus longgar, memungkinkan udara bergerak bebas. Ia juga menyisipkan celana panjang menerawang yang dilatari celana pendek di lapisan bawah.
Dengan garis pinggang tinggi, sang desainer memainkan kelenturan bahan dalam variasinya: sutera, katun, hingga bahan tenun kulit.

Kain-kain sutera yang menjadi ikon rumah mode Hermès tentu tampil sebagai aksen penting. Aneka bandana sutera tersemat di leher, hijau, krem, pink, sulit untuk membuat pilihan.
Kemeja sutera bermotif equestrian hadir tak hanya dalam warna abu yang kalem tapi juga styling yang sangat ringan dan lepas. Nichanian dapat meredam sifat kain sutera yang berkilap ke dalam wujud yang halus tanpa pamer.

Motif kerawang menjadi elemen yang berarti musim ini. Hadir sebagai aksen sepanjang lengan dan bahu pada kaos atau kerawang penuh pada kemeja lengan panjang dan jaket pendek.
Meneliti dari dekat, pengerjaan pakaian-pakaian dengan tenun kerawang ini memerlukan presisi yang luar biasa, lembut seperti renda.


Nichanian tak melupakan fungsi. Musim panas di kota berarti memerlukan kepraktisan dalam bergerak. Ia membekali pria-pria Hermès dengan sandal kulit bertali, atasan tanpa lengan, kaos longgar untuk cuaca panas.
Jaket-jaket pendek, sweater, dan blazer untuk suhu yang menurun. Jas-jas hujan yang fungsional berwarna abu dan hijau memberikan perlindungan saat berjalan di antara restoran dan gedung pertunjukan.
Véronique Nichanian piawai dalam mengartikan esensi rumah mode Hermès. Label yang dikenal dengan material unggul dan kualitas yang tinggi itu sebenarnya menginginkan kemewahan yang kalem, namun harga yang menjulang seringkali menjadikan label ini sasaran ajang pamer.
Tahun ini, 37 tahun sudah Nichanian menjabat sebagai direktur kreatif busana siap-pakai pria Hermès. Dan di setiap musimnya, ia memastikan kemewahan itu ada untuk dirasakan, bukan dipertontonkan.