RATUSAN orang berpakaian hitam memenuhi arena depan Istana Negara, Jalan Medan Merdeka, Jakarta Pusat, pada Kamis, 4 September 2025. Mereka tengah mengikuti gelaran Aksi Kamisan yang ke-876, sebuah aksi damai yang digelar saban Kamis sore sejak 2007 silam.
Scroll ke bawah untuk melanjutkan membaca
Dalam momen ini, para aktivis Jaringan Solidaritas Korban menuntut keadilan bagi korban peristiwa dalam serangkaian demonstrasi pada 28-31 Agustus 2025. Catatan Tempo, ada sepuluh korban meninggal selama demonstrasi.
Seorang pembela HAM dan istri Munir Said Thalib, Suciwati, prihatin dengan kondisi ini. Dia meminta penguasa memberikan keadilan bagi korban. Bagi Suciwati, rakyat selama ini selalu dibuat sengsara oleh penguasa. Dia khawatir generasi muda ke depan akan terus menderita.
"Generasi muda di masa mendatang bakal menderita karena kesengsaraan yang diwariskan itu," ujar dia saat melakukan orasi.
Dia juga menyayangkan sikap penguasa dalam menangani demonstran. Pemerintah justru membangun narasi akan menangkap rakyat bila melakukan demonstrasi. "Mereka bangun narasi di mana rakyat akan ditangkap bila melakukan demonstrasi,” ujar dia.
Meski begitu, dia yakin masyarakat sipil semakin cerdas dan tidak mudah dibohongi. “Hari ini saya bangga telah lahir anak muda yang berani dan terus mau melawan dan memperjuangkan keadilan, sejalan dengan keberaninan yang diajarkan Cak Munir,” kata Suciwati, kemudian disusul doa bersama untuk korban yang berjatuhan ketika demonstrasi akhir Agustus lalu.
Pada kesempatan itu pula, peneliti Imparsial Riyadh Putuhena mengatakan Munir takut ada tindakan represif dan pelanggaran HAM oleh negara terhadap masyarakat sipil pada masa mendatang. Dia merasa ketakutan Munir kini terbukti dengan tindakan yang dilakukan penguasa.
"Masih segar darah Affan Kurniawan yang dilindas oleh aparat keamanan, oleh polisi. Masih basah makam 10 kawan-kawan yang mati hanya karena ingin bersuara,” ujar dia.
Riyadh kemudian merefleksikan pengusutan tuntas kasus pembunuhan Munir, yang 21 tahun lalu diracun dalam pesawat di perjalanan menuju Belanda. Meski pelaku pembunuhan terkesan misteri, kata dia, masyarakat tahu pelakukanya. Namun, dia pesimistis si pelaku akan diungkap oleh Presiden Prabowo Subiano.
"Justru, penguasa selalu menihilkan kasus pelanggaran HAM berat dan kasus orang yang dihilangkan. Kita juga tidak tahu nasib korban-korban itu sekarang bagaimana," ujar dia.
Aksi kamisan dilakukan di tengah demonstrasi di Jakarta dan berbagai wilayah lain di Tanah Air. Demonstrasi itu terus berlanjut sejak 25 Agustus 2025. Masyarakat menuntut pembatalan kenaikan tunjangan anggota Dewan yang dinilai tak sejalan dengan kondisi masyarakat yang sedang kesulitan ekonomi.
Unjuk rasa semakin besar saat kendaraan taktis milik Korps Brigade Mobil Polri melindas pengemudi ojek online bernama Affan Kurniawan pada Kamis, 28 Agustus 2025. Selain itu, di tengan demonstrasi juga terjadi berbagai penjarahan rumah anggota DPR dan rumah Menteri Keuangan Sri Mulyani. Terjadi pula perusakan fasilitas umum.
Merespons itu, Presiden Prabowo Subianto menilai ada upaya kelompok tertentu melakukan makar. Pada Senin, 1 September 2025 lalu, Prabowo bilang pembakaran gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) di Sulawesi Selatan yang merenggut nyawa empat aparatur sipil negara (ASN) sebagai tindakan makar.
Pernyataan itu disampaikan Prabowo saat mengunjungi polisi yang dirawat akibat demonstrasi di Rumah Sakit Polri, Kramat Jati, Jakarta, 1 September 2025. “Ingat! di Sulawesi Selatan ada empat ASN, orang tidak bersalah, orang tidak berpolitik menjadi korban. Gedung DPRD dibakar, ini tindakan makar, dan bukan penyampaian aspirasi,” ujar Prabowo.