Angkatan Laut Tiongkok Mulai Saingi Kedigdayaan AS

BEIJING – Dalam dua dekade terakhir, Tiongkok telah meningkatkan investasi dalam pembuatan kapal. Dan hal ini membuahkan hasil: lebih dari 60 persen pesanan dunia tahun ini berasal dari galangan kapal Tiongkok. Sederhananya, Tiongkok membangun lebih banyak kapal dibandingkan negara lain karena mereka mampu melakukannya lebih cepat dibandingkan negara lain.

“Skalanya luar biasa dalam banyak hal menakjubkan,” kata Nick Childs, pakar maritim di Institut Internasional untuk Studi Strategis yang berbasis di London dilansir BBC. “Kapasitas pembuatan kapal Tiongkok sekitar 200 kali lipat kapasitas pembuatan kapal Amerika Serikat.”

Kepemimpinan ini juga berlaku pada angkatan lautnya. Partai Komunis Tiongkok kini memiliki kapal perang terbesar di dunia yang mengoperasikan 234 kapal perang dibandingkan dengan Angkatan Laut AS yang memiliki 219 kapal perang.

Pertumbuhan pesat Tiongkok dipicu oleh laut. Negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia ini memiliki tujuh dari 10 pelabuhan tersibuk di dunia, yang sangat penting bagi jalur pasokan global. Dan kota-kota pesisirnya berkembang pesat karena perdagangan.

Kapal induk Shandong berlabuh di Dalian pada tahun 2019 sebelum ditugaskan. (wikimedia commons)

Seiring dengan berkembangnya ambisi Beijing, persenjataan kapalnya juga meningkat – dan kepercayaan diri mereka untuk mengajukan klaim yang lebih besar di Laut Cina Selatan dan sekitarnya.

Tiongkok di bawah kepemimpinan Presiden Xi Jinping tentu saja ingin menguasai keadaan. Apakah itu akan menjadi pertanyaannya.

Parade militer besar-besaran dalam beberapa hari belakangan menunjukkan seberapa dekat tujuan tersebut. Xi akan menjamu Presiden Rusia Vladimir Putin dan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un pada acara tersebut sebagai pesan menantang kepada negara-negara Barat yang menghindari mereka.

AS dan sekutunya akan mengamati dengan cermat foto-foto dan unjuk kekuatan militer, yang diperkirakan mencakup rudal anti-kapal, senjata hipersonik, dan drone bawah air.

“Angkatan Laut AS, meski masih memiliki keunggulan yang signifikan, melihat kesenjangan dalam kemampuannya dengan Tiongkok semakin menyempit dan kesulitan menemukan cara untuk menjawabnya,” kata Childs, “karena kapasitas pembuatan kapalnya telah menyusut secara signifikan selama beberapa dekade terakhir.”

Presiden AS Donald Trump mengatakan ia ingin memperbaiki masalah ini, dan telah menandatangani perintah eksekutif untuk merevitalisasi pembuatan kapal AS dan merebut kembali keuntungan maritim AS. Childs menambahkan, hal itu akan menjadi "tugas yang sangat sulit".

Antara tahun 2019 dan 2023, empat galangan kapal terbesar Tiongkok – Dalian, Guangzhou, Jiangnan dan Hudong-Zhonghua – memproduksi 39 kapal perang dengan bobot gabungan sebesar 550.000 ton, menurut sebuah studi oleh Pusat Studi Strategis dan Internasional (CSIS).

Galangan kapal di Dalian. (Brookings Institute)

Ini adalah volume air yang dipindahkan, yang merupakan cara paling umum untuk mengukur ukuran kapal atau armada. Sebagai perbandingan, Angkatan Laut Kerajaan Inggris saat ini diperkirakan memiliki total perpindahan sekitar 399.000 ton.

Meskipun Tiongkok memiliki angkatan laut terbesar di dunia berdasarkan jumlah kapal, armada AS memiliki tonase keseluruhan yang lebih besar dan lebih kuat – dengan kapal induk yang jauh lebih besar.

Tapi Beijing sedang mengejar ketinggalan.

“Tidak ada tanda-tanda bahwa Tiongkok melambat,” kata Alexander Palmer dari CSIS dan penulis laporan, Unpacking China’s Naval Buildup.

“Tentu saja penghitungan lambung [jumlah kapal] bukan satu-satunya ukuran efektivitas angkatan laut, namun kemampuan untuk memproduksi dan memproduksi kapal perang sangat mengesankan dan dapat membuat perbedaan strategis.”

Masih ada batasan dalam peningkatan angkatan laut Tiongkok. Beijing mungkin memiliki lebih banyak kapal, namun hanya memiliki dua kapal induk yang beroperasi, dan angkatan lautnya memiliki kapal selam yang jauh lebih sedikit dibandingkan AS.

Beberapa analis berpendapat bahwa mereka juga tidak secanggih Amerika, yang memiliki keunggulan teknologi sejak Perang Dingin.

Kapal selam Tiongkok juga sebagian besar dibangun untuk perairan dangkal di Laut Cina Selatan, tempat permainan kucing-kucingan dengan AS sudah berlangsung. Untuk saat ini, kemampuan Tiongkok untuk melakukan perjalanan jauh dari garis pantainya masih terbatas.

Namun ada tanda-tanda bahwa hal ini akan berubah dan terjadi dengan cepat.

Citra satelit yang diperoleh BBC Verify dari Hainan, sebuah provinsi kepulauan Tiongkok di Laut Cina Selatan, menunjukkan bahwa Beijing menggelontorkan dana yang signifikan untuk memperluas pangkalan angkatan lautnya.

Pangkalan di Yulin memiliki lima dermaga baru yang tampaknya telah dibangun dalam lima tahun terakhir. Diperkirakan Tiongkok berencana untuk menempatkan semua kapal selam terbesarnya, kelas Jin (atau Tipe 094), di pelabuhan ini. Kapal selam baru ini masing-masing dapat membawa 12 rudal nuklir.

Namun dunia tidak perlu khawatir, kata Prof Hu Bo, direktur Pusat Studi Strategi Maritim di Universitas Peking. “Kami tidak tertarik mencampuri urusan negara lain, terutama secara militer,” tambahnya. Pesannya adalah Tiongkok membangun kapal-kapal besar karena mereka mampu, bukan karena ingin mengambil alih dunia.