REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Cinta kerap hadir tanpa aba-aba. Ia bisa datang tiba-tiba, sebentar, tapi cukup untuk mengubah arah hidup seseorang. Itulah yang dialami Bunyamin (63) dan Trihayati (58), pasangan tertua dalam gelaran Nikah Fest bertajuk “Cinta dalam Ridha Ilahi” yang digelar Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama (Kemenag) di Masjid Istiqlal, Jakarta, Kamis (4/9/2025).
Di tengah gemerlap kebahagiaan ratusan pengantin yang didominasi kaum muda, pasangan ini menghadirkan pesan sederhana, yakni cinta sejati bukan tentang lamanya waktu mengenal, melainkan keberanian untuk percaya dan melangkah bersama.
Pertemuan keduanya berlangsung singkat, hanya sepekan sebelum memutuskan menikah. Semua bermula dari sebuah acara dangdutan di Jakarta pada Juli lalu. Di tengah riuh musik, seorang teman memperkenalkan Bunyamin kepada Trihayati.
Duda asal Duren Tiga, Jakarta Selatan, Bunyamin sudah lama menjalani hidup sendiri. Ia memiliki dua anak yang kini beranjak dewasa. Rambutnya telah memutih, tubuhnya tak lagi setegap dulu, tapi hatinya masih menyimpan kerinduan akan seorang pendamping.
Sementara itu, janda asal Tanah Abang, Trihayati menyambut perkenalan itu dengan hati lapang. Meski hampir enam dekade menapaki kehidupan, ia tetap percaya cinta bisa hadir kapan saja.
Tak butuh waktu lama, Trihayati memberanikan diri menanyakan keseriusan. “Kalau memang serius, mari kita nikah saja,” katanya lugas saat ditemui wartawan usai menikah.
Bunyamin sempat terkejut. Namun, alih-alih mundur, ia justru merasa ajakan itu adalah jawaban atas doa panjangnya. Ia mengangguk pelan—menandai lahirnya komitmen baru.
Tak ada prosesi lamaran panjang atau pesta pertunangan. Dalam waktu singkat, mereka sepakat menuju pelaminan. “Usia saya sudah 63. Yang saya butuhkan sekarang bukan kemewahan, tapi teman hidup, teman salat, teman bicara. Itu saja sudah cukup,” ujar Bunyamin lirih setelah ijab kabul.
Bagi Trihayati, pernikahan di usia senja bukan lagi tentang pesta besar atau harta benda. “Yang saya cari hanya ketenangan, kasih sayang, dan kebersamaan sampai akhir hayat,” ucapnya.
Kisah mereka menjadi bagian dari 100 pasangan yang dinikahkan dalam Nikah Fest di Masjid Istiqlal. Sebagai bentuk dukungan, Kemenag memberikan mahar pernikahan, suvenir, modal usaha, serta fasilitas menginap di hotel bagi para pengantin.
Di balik riuhnya pesta pernikahan massal itu, kisah Bunyamin dan Trihayati menjadi pengingat bahwa cinta tak pernah mengenal usia. Ia datang kapan saja, bahkan di ujung senja, memberi harapan baru untuk menapaki sisa perjalanan hidup bersama.