REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Eko Purnomo, seniman pembuat kostum asal Tulungagung, Jawa Timur, menjadi sorotan setelah kostum Iron Man buatannya dikira sebagai hasil jarahan dari rumah politikus Ahmad Sahroni. Foto yang viral di media sosial itu memperlihatkan kostum berukuran besar yang ternyata adalah hasil karya tangan Eko sendiri.
Kepada Republika.co.id, Eko menceritakan bahwa ia sudah menggeluti dunia pembuatan kostum sejak 2019, tepat sebelum masa pandemi Covid-19. Inspirasi Eko bermula ketika ia bekerja sebagai buruh bangunan di Yogyakarta.
Saat itu, ia melihat seorang pengamen jalanan mengenakan kostum robot. Pemandangan tersebut membuatnya terpikir untuk membuat kostum serupa. "Saya pikir, ini keren juga kalau bisa buat sendiri. Awalnya cuma untuk cari tambahan aja," kata Eko saat dihubungi pada Selasa (2/9/2025).
Belajar secara autodidak, ia berhasil merampungkan kostum Iron Man pertama pada 2019, berbarengan dengan proyek bangunan tempat ia bekerja juga berakhir. Karena menganggur, akhirnya ia menggunakan kostum tersebut untuk mulai mengamen di Alun-Alun Tulungagung bersama istrinya.
"Saya ajak istri juga bantu ngamen, terus saya upload ke media sosial Facebook. Ternyata banyak yang tertarik, mulai banyak yang pesan," kata Eko.
Saat menerima pesanan pertama, ia membanderol satu set lengkap kostum superhero seharga Rp900 ribu. Namun seiring waktu, kini ia menjual satu set kostum lengkap kostum superhero seharga Rp9 juta.
"Tapi itu masih terhitung murah. Kalau dibandingkan dengan kostum figure Iron Man milik Pak Sahroni yang bisa sampai Rp400 juta," kata dia.
Pesanan kostum tak hanya datang dari dalam negeri, tapi juga dari luar negeri seperti Malaysia, Singapura, Belgia, hingga Kolombia. Untuk pasar Asia, Eko kadang masih mengantarkan langsung kostumnya, terutama ke Malaysia demi menghemat ongkos kirim.
Namun untuk pasar Eropa, Eko mengatakan pembeli rela menanggung ongkos kirim yang bisa mencapai sepuluh kali lipat dari harga kostum. "Alhamdulilah meskipun ongkir ke Eropa bisa 10 kali lebih mahal dari harga kostum, tapi banyak yang pesan dari sana," kata Eko.
Proses pembuatan satu kostum biasanya memakan waktu sekitar satu bulan, tergantung kerumitan desain. Saat sedang ramai pesanan, Eko mengaku pernah menerima hingga 10 pesanan dalam satu bulan. Untuk pengerjaannya masih dilakukan sendiri, sehingga bisa rampung hingga empat atau lima bulan.
Eko bercerita pesanan kostum tak selalu ramai. Belakangan ini, Eko mengaku hanya menerima satu atau dua pesanan kostum per bulannya. Karena itu, dia memutuskan untuk kembali nyambi mengamen dan mengisi undangan di acara ulang tahun.
"Sekarang memang saya ngamen lagi, karena pesanan lagi sepi. Jadi saya sambil ngamen sambil ngerjakan pesanan," kata dia.
Setelah kesalahpahaman di media sosial, ia pun berharap karyanya semakin dikenal oleh masyarakat Indonesia utamanya pencinta action figure di Indonesia. Karena dengan harga yang lebih terjangkau, dia mampu membuat kostum superhero yang memiliki kualitas seperti harga fantastis.
"Semoga banyak yang mengenal saya sebagai seniman pembuat kostum sekarang. Kan banyak yang percaya kostum buatan saya itu milik Pak Sahroni, berarti secara kualitas kan sama," kata Eko.