Liputan6.com, Jakarta Pada tahun 2022, Jurgen Klopp pernah mengatakan bahwa Newcastle tidak punya batasan untuk belanja pemain, itu karena besarnya dukungan uang di belakang klub. Sekarang, tiga tahun kemudian, kenyataan justru berbalik arah.
Di bawah kendali Arne Slot, Liverpool mencatatkan rekor belanja terbesar dalam sejarah klub. Alexander Isak menjadi puncaknya, ditebus 125 juta pounds (Rp2,77 triliun) dari Newcastle sekaligus memecahkan rekor transfer Inggris.
Secara total, Liverpool menggelontorkan 415 juta poinds (Rp9,2 triliun) di bursa musim panas ini. Sebuah angka yang bertolak belakang dengan prinsip hemat Klopp di masa lalu.
Pertanyaannya, apa yang membuat Liverpool tiba-tiba berubah drastis dalam kebijakan transfer?
Warisan Dana Besar dan Pertumbuhan Komersial
Transformasi belanja Liverpool bukan tanpa alasan. Musim panas lalu, The Reds memilih menahan diri. Alih-alih membeli pemain pengganti setelah gagal mendapatkan Martin Zubimendi, mereka hanya mendatangkan Federico Chiesa dengan biaya awal 10 juta pounds.
Keputusan itu membuat dana belanja menumpuk. Dalam tiga tahun terakhir, Liverpool bahkan tercatat paling sedikit mengeluarkan uang dibanding klub big six lain di Premier League. Hal ini penting untuk menjaga kepatuhan terhadap aturan Profit and Sustainability.
Tak hanya itu, sisi komersial juga ikut menopang. Laporan keuangan terbaru mencatat peningkatan pendapatan sebesar 36 juta pounds menjadi total 308 juta pounds. Untuk pertama kalinya, Liverpool melampaui Manchester United dalam hal pendapatan.
Ditambah dengan penjualan pemain yang menghasilkan lebih dari 200 juta pounds, termasuk Darwin Nunez, Luis Diaz, dan Jarell Quansah, Liverpool memiliki tabungan dana yang siap dihabiskan.
Juara Liga dan Momentum yang Tak Boleh Terbuang
Kesuksesan Slot membawa Liverpool juara Premier League musim lalu memberi momentum besar. Klub melihat kesempatan emas untuk memanfaatkan status juara sebagai daya tarik bagi para pemain bintang.
Ambisi dan kesempatan bertemu di momen yang tepat. Liverpool merasa ini saatnya memperkuat skuad demi mempertahankan dominasi. Seorang sumber internal bahkan menyebut, “Ambisi dan kesempatan bertemu ketika klub berada di titik terkuatnya.”
Transfer pertama yang jadi headline adalah Florian Wirtz. Playmaker Jerman itu ditebus 100 juta pounds, bisa naik menjadi 116 juta pounds dengan bonus, mengalahkan Bayern Munchen dan Manchester City dalam perburuan.
Selain Wirtz, Liverpool juga merombak sektor pertahanan. Jeremie Frimpong direkrut 29,5 juta pounds untuk menggantikan Trent Alexander-Arnold yang hengkang ke Real Madrid, sementara Milos Kerkez datang dari Bournemouth seharga 40 juta pounds sebagai penerus Andy Robertson.
Rekor Pecah: Isak Resmi Milik Liverpool
Puncak belanja Liverpool terjadi di hari terakhir bursa transfer. Saga Alexander Isak dimulai sejak awal Agustus, ketika tawaran 110 juta pounds ditolak mentah-mentah Newcastle.
Drama memanas ketika Isak menuliskan keluhan di media sosial bahwa klubnya melanggar janji dengan menahannya. Newcastle membalas dengan keras, lalu situasi seakan membeku.
Negosiasi kembali hidup setelah Newcastle memastikan dua striker baru: Nick Woltemade dari Stuttgart (69 juta pounds) dan Yoane Wissa dari Brentford (55 juta pounds). Setelah itu, tawaran 125 juta pounds Liverpool diterima.
Hanya dua jam setelah bursa resmi ditutup, transfer Isak diumumkan. Rekor Inggris pun pecah, dan Liverpool kini memiliki lini depan baru bersama Hugo Ekitike yang lebih dulu datang dari Eintracht Frankfurt.
Duka di Balik Belanja Besar
Meski headline bursa kali ini soal angka-angka fantastis, ada cerita duka yang melingkupi Anfield. Pada Juli 2025, striker Portugal Diogo Jota meninggal dunia akibat kecelakaan mobil.
Tragedi itu menjadi kehilangan besar, baik bagi keluarga maupun skuad Liverpool. Secara emosional, klub terpukul, tetapi secara teknis mereka juga harus mencari pengganti.
Kehadiran Isak dan Ekitike jelas dipicu oleh kebutuhan itu. Namun, di balik catatan rekor belanja, Anfield masih dirundung kesedihan mendalam.