
Keajaiban Laut dalam Cahaya Al-Qur’an
Ayat Al-Qur’an menyebut sekitar 32-33 kali tentang laut (bahr), sedangkan daratan (barr) hanya sekitar 13 kali. Perbandingannya sekitar 71% laut dan 29% daratan, sama dengan kondisi sebenarnya.
SAJADA.ID--Laut adalah salah satu ciptaan Allah ﷻ yang menyimpan sejuta rahasia. Hamparannya yang luas menutupi lebih dari dua pertiga permukaan bumi, menjadi sumber kehidupan, sekaligus tempat manusia merenungkan kebesaran Sang Pencipta. Al-Qur’an berulang kali mengajak manusia memperhatikan laut, bukan sekadar sebagai sumber rezeki, tetapi juga sebagai tanda kekuasaan-Nya.
Laut sebagai Karunia Allah
Allah ﷻ berfirman:
وَهُوَ ٱلَّذِى سَخَّرَ ٱلْبَحْرَ لِتَأۡكُلُواْ مِنۡهُ لَحۡمٗا طَرِيّٗا وَتَسۡتَخۡرِجُواْ مِنۡهُ حِلۡيَةٗ تَلۡبَسُونَهَاۖ وَتَرَى ٱلۡفُلۡكَ مَوَاخِرَ فِيهِ وَلِتَبۡتَغُواْ مِن فَضۡلِهِۦ وَلَعَلَّكُمۡ تَشۡكُرُونَ
(QS. An-Nahl [16]: 14)
"Dan Dialah yang menundukkan laut agar kamu dapat memakan darinya daging yang segar (ikan), dan kamu dapat mengeluarkan darinya perhiasan yang kamu pakai. Dan kamu melihat kapal berlayar padanya, agar kamu mencari karunia-Nya dan supaya kamu bersyukur."
Ayat ini menegaskan bahwa laut adalah sumber makanan, perhiasan, sekaligus sarana transportasi. Tafsir Ibnu Katsir menjelaskan bahwa ayat ini menunjukkan keluasan nikmat Allah bagi manusia melalui laut: ikan yang tak terhitung jumlahnya, mutiara, hingga kemudahan berniaga melalui jalur laut.
Batas antara Dua Lautan
Salah satu keajaiban yang dijelaskan Al-Qur’an adalah tentang bertemunya dua lautan namun tetap terpisah. Allah ﷻ berfirman:
مَرَجَ ٱلۡبَحۡرَيۡنِ يَلۡتَقِيَانِ ١٩ بَيۡنَهُمَا بَرۡزَخٞ لَّا يَبۡغِيَانِ ٢٠
(QS. Ar-Rahman [55]: 19-20)
"Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu, di antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui oleh masing-masing."
Fenomena ini terbukti secara ilmiah, misalnya pertemuan Laut Mediterania dengan Samudera Atlantik di Selat Gibraltar. Keduanya bertemu, namun memiliki kadar garam, suhu, dan densitas yang berbeda sehingga tidak langsung bercampur. Fakta ini baru bisa dijelaskan secara ilmiah di era modern, sementara Al-Qur’an telah menyebutnya lebih dari 14 abad yang lalu.
Kegelapan di Dasar Lautan
Al-Qur’an juga menggambarkan kondisi lautan dalam yang tidak mampu dijangkau cahaya matahari:
أَوۡ كَظُلُمَٰتٖ فِي بَحۡرٖ لُّجِّيّٖ يَغۡشَىٰهُ مَوۡجٞ مِّن فَوۡقِهِۦ مَوۡجٞ مِّن فَوۡقِهِۦ سَحَابٞۚ ظُلُمَٰتُۢ بَعۡضُهَا فَوۡقَ بَعۡضٍۚ إِذَآ أَخۡرَجَ يَدَهُۥ لَمۡ يَكَدۡ يَرَىٰهَاۗ وَمَن لَّمۡ يَجۡعَلِ ٱللَّهُ لَهُۥ نُورٗا فَمَا لَهُۥ مِن نُّورٖ
(QS. An-Nur [24]: 40)
"Atau seperti gelap gulita di lautan yang dalam, diliputi oleh ombak, yang di atasnya (lagi) ada ombak, di atasnya (pula) ada awan; gelap gulita yang bertumpuk-tumpuk. Apabila seseorang mengeluarkan tangannya, hampir saja ia tidak dapat melihatnya. Barangsiapa yang tidak diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah, maka tidak ada baginya cahaya sedikitpun."
Ilmuwan modern menjelaskan bahwa di kedalaman lebih dari 200 meter, cahaya matahari tidak mampu menembus, sehingga lautan tampak gelap. Di bawah 1000 meter, lautan benar-benar gelap gulita, sebagaimana disampaikan Al-Qur’an. Subhanallah, ini adalah isyarat yang mustahil diketahui manusia pada masa Nabi ﷺ, kecuali wahyu dari Allah.