Warga Jalan Swasembada Timur XXII No 52 RT 006/004 Kebon Bawang, Tanjung Priok Jakarta Utara, yang menjadi lokasi kediaman Politisi NasDem, Ahmad Sahroni, tampak memperketat penjagaan.
Pantauan kumparan di lokasi, Senin (1/9), warga memperketat penjagaan ke area rumah Sahroni. Hal tersebut dilakukan untuk mencegah kejadian penjarahan terulang.
Rumah Sahroni tepatnya berada di Jalan Swasembada Timur XXII, Kebon Bawang, Tanjung Priok, Jakarta Utara. Saat ini kondisi akses masuk ke sana dijaga ketat oleh warga sekitar.
Warga melarang orang asing yang tidak berkepentingan untuk masuk. Portal ditutup oleh warga. Sebuah spanduk dibentangkan bertuliskan
"Dilarang masuk kecuali warga RT 06 RT 08. Kami tidak ingin kenyamanan kami terganggu,"ujar seorang warga yang enggan disebutkan namanya.
Di depan gang masuk, warga memasang spanduk, orang asing selain warga dilarang masuk ke dalam lingkungan tersebut.
"Kita kan udah pasang spanduk. Untuk menjaga sterilisasi aja jangan sampai ada yang nggak diinginkan," jelas warga tersebut.
Seorang warga sekitar yang enggan disebut namanya mengatakan, Sahroni kerap menggelar santunan setiap minggunya.
"Setiap hari Jumat selalu santunan. Tiap hari Jumat, malam Jumat santunan. Tiap hari Jumat, seminggu sekali," kata warga itu.
Dia berujar, santunan tak hanya diberikan kepada lingkungan RT-nya saja. Melainkan kepada seluruh warga Kelurahan Kebon Bawang.
"Itu santunan seribu orang. Paling dikit seribu. Semua, (warga) Kebon Bawang," jelasnya.
Setiap Hari Raya Idul Fitri, Sahroni juga disebut suka berbagi. Begitu pun pada saat Hari Raya Idul Adha. Namun memang, dia tak sering berinteraksi langsung dengan warga sekitar.
"Kalau masalah kebaikan ya baik, cuma kalau ngobrol kaya gini jarang ya, karena ada kesibukannya. Tiap tahun Lebaran juga ngasih amplop, ngasih bingkisan. Lebaran Haji pun ngasih kurban, dibagiin," ungkap dia.
Rumah Sahroni dijarah sejumlah massa pada Sabtu (31/8) kemarin. Dari rumahnya, sejumlah barang-barang diambil. Mobil-mobil di garasinya juga dirusak.
Warga itu menyebut, para pelakunya kebanyakan bukanlah warga sekitar.
"Mayoritas kalau orang-orang sini istilahnya 10 persen sampai 5 persen. Kebanyakan orang luar. ...