“Inflasi Agustus 2025 diperkirakan melambat tajam secara bulanan, seiring meredanya tekanan harga pangan bergejolak. Kami memperkirakan laju IHK bulan Agustus berkisar 0,07 persen mtm, turun dari 0,30 persen mtm pada Juli,” ujar Josua kepada kumparan, Senin (1/9)
Secara tahunan, inflasi diperkirakan naik tipis menjadi sekitar 2,47 persen year on year (yoy) dari posisi Juli yang sebesar 2,37 persen yoy. Kenaikan ini lebih disebabkan oleh basis Agustus 2024 yang relatif rendah. Sementara itu, inflasi inti diperkirakan melemah tipis ke sekitar 2,28 persen yoy, setelah tekanan musiman dari biaya pendidikan mereda.
Hingga Januari–Agustus 2025, inflasi kumulatif diperkirakan mencapai 1,76 persen year to date (ytd). Menurut Josua, pelemahan harga cabai merah, cabai rawit, dan daging ayam menjadi penahan inflasi pangan, meskipun beras tetap menyumbang tekanan akibat gangguan pasokan.
Dia juga menyoroti kemungkinan deflasi pada kelompok harga yang diatur pemerintah. Seiring turunnya harga bahan bakar non-subsidi.
“Dampak ini biasanya terlihat pada subkelompok bahan bakar dan transportasi dalam IHK Agustus,” jelasnya.
Ke depan, Josua memperkirakan inflasi tetap berada dalam sasaran Bank Indonesia dengan proyeksi akhir tahun di kisaran 2,0 hingga 2,5 persen.
“Kami mempertahankan proyeksi inflasi 2025 di kisaran 2,0 hingga 2,5 persen, dengan titik tengah sekitar 2,33 persen yoy pada akhir tahun 2025,” ucapnya.
Ia menambahkan, sejumlah risiko tetap perlu diantisipasi seperti harga beras, arah kebijakan energi, stabilitas nilai tukar, hingga cuaca yang mempengaruhi pasokan pangan.
Namun, dengan koordinasi pusat-daerah yang aktif, tekanan harga diperkirakan tetap terkendali. Terjaganya inflasi juga memberi ruang bagi Bank Indonesia untuk menyesuaikan suku bunga acuan secara hati-hati guna mendukung pertumbuhan ekonomi.
Neraca Dagang Diprediksi Surplus USD 3,68 Miliar
Selain inflasi, Josua juga menyinggung kinerja neraca perdagangan Indonesia. Ia memperkirakan surplus tetap berlanjut pada Juli 2025, meski lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya.
“Neraca perdagangan Indonesia pada bulan Juli 2025 diperkirakan masih mencatatkan surplus, namun dengan nilai yang lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya. Surplus diproyeksikan sebesar USD 3,68 miliar, turun dari USD 4,11 miliar pada Juni 2025,” jelas Josua.
Surplus yang lebih kecil ini, menurutnya, mencerminkan normalisasi aktivitas perdagangan setelah permintaan sempat melonjak menjelang penerapan tarif resiprokal Amerika Serikat pada awal Agustus 2025.
Ekspor diperkirakan tumbuh 9,45 persen yoy, lebih rendah dari 11,29 persen yoy pada Juni. Sementara itu, impor berbalik terkontraksi 4,96 persen yoy, setelah pada bulan sebelumnya tumbuh 4,28 persen yoy. Namun secara bulanan, impor justru naik 6,86 persen dan melampaui pertu...