Jakarta, CNBC Indonesia - Bencana longsor dahsyat melanda kawasan pegunungan Marra di Sudan barat pada Minggu (31/8/2025), menewaskan lebih dari 1.000 orang dan hanya menyisakan satu orang selamat.
Menurut pernyataan kelompok pemberontak Sudan Liberation Movement/Army (SLM) yang menguasai wilayah tersebut, seluruh penduduk sebuah desa di kawasan pegunungan tersebut hilang tertimbun material longsor usai hujan deras.
"Informasi awal menunjukkan seluruh penduduk desa, yang diperkirakan lebih dari seribu orang, meninggal dunia, hanya ada satu orang yang berhasil selamat," demikian bunyi pernyataan kelompok itu, dilansir Reuters, Selasa (2/8/2025).
SLM, yang dipimpin Abdelwahid Nour, menegaskan bahwa desa tersebut kini "benar-benar rata dengan tanah". Mereka meminta bantuan segera dari PBB dan lembaga kemanusiaan internasional untuk mengevakuasi jenazah para korban, termasuk laki-laki, perempuan, dan anak-anak.
Bencana ini terjadi ketika Sudan masih dilanda perang saudara yang sudah memasuki tahun ketiga, memicu salah satu krisis kemanusiaan terburuk di dunia. Kelaparan telah dinyatakan terjadi di sejumlah wilayah Darfur, sementara pertempuran semakin intens, khususnya di El-Fasher, sejak militer Sudan menguasai ibu kota Khartoum pada Maret lalu.
Penduduk yang melarikan diri dari pertempuran antara militer Sudan dan pasukan paramiliter Rapid Support Forces (RSF) dilaporkan banyak mencari perlindungan di kawasan Pegunungan Marra. Namun, wilayah itu minim pasokan makanan dan obat-obatan, sehingga membuat kondisi warga kian rentan.
Meski tidak banyak terlibat dalam konflik antara militer dan RSF, SLM masih menguasai sejumlah bagian dari jajaran pegunungan tertinggi di Sudan.
Gubernur Darfur yang berpihak pada militer, Minni Minnawi, menyebut musibah tersebut sebagai tragedi kemanusiaan yang dampaknya melampaui batas wilayah.
"Kami memohon kepada organisasi kemanusiaan internasional untuk segera turun tangan dan memberikan dukungan serta bantuan pada saat kritis ini, karena tragedi ini lebih besar dari apa yang mampu ditanggung rakyat kami seorang diri," ujarnya.
Namun, akses bantuan kemanusiaan sangat terbatas. Sebagian besar wilayah Darfur, termasuk lokasi longsor, sulit dijangkau oleh organisasi internasional akibat pertempuran yang terus berlangsung. Hal ini membuat pengiriman bantuan mendesak terhambat.
Sejak pecahnya perang, puluhan ribu orang dilaporkan tewas dan jutaan lainnya terpaksa mengungsi, termasuk sekitar empat juta orang hanya dari ibu kota Khartoum. Dalam beberapa bulan terakhir, ratusan orang kembali dilaporkan tewas, sementara warga sipil di El-Fasher menyebut RSF tengah melancarkan serangan paling brutal terhadap ibu kota negara bagian Darfur Utara itu.
(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tanah Longsor di Jalur Pacet-Cangar Mojokerto, 10 Orang Meninggal