Liputan6.com, Jakarta - Pelatih Persija Jakarta, Mauricio Souza, memberikan pandangannya terkait masa depan pemain muda di kancah sepak bola nasional. Ia secara terbuka mengusulkan pembentukan kompetisi tambahan yang secara khusus diperuntukkan bagi pemain di bawah usia 23 tahun.
Usulan ini muncul sebagai respons terhadap isu minimnya menit bermain yang kerap dialami talenta-talenta muda Indonesia.
Souza beralasan bahwa tidak ada liga di dunia, termasuk di Eropa maupun Amerika Latin, yang secara spesifik mewajibkan tim untuk memainkan pemain U-23. Oleh karena itu, menurutnya, solusi terbaik untuk memastikan perkembangan pemain muda adalah melalui wadah kompetisi yang terpisah dan terfokus. Hal ini diharapkan dapat memberikan jam terbang yang lebih banyak bagi mereka.
Pernyataan ini juga menanggapi keluhan yang sebelumnya disampaikan oleh pelatih timnas Indonesia U-23, Gerald Vanenburg, mengenai situasi serupa. Vanenburg kerap menyuarakan keprihatinannya atas sedikitnya kesempatan bermain yang didapatkan anak asuhnya di ajang BRI Super League.
Timnas Indonesia U-23 mengakhiri perjalanan di Piala AFF U-23 2025. Skuad Garuda Muda gagal menjadi juara dan harus puas menempati posisi runner-up. Beberapa pemain dinilai sudah pantas untuk naik kelas ke Timnas Senior.
Kompetisi Khusus U-23 untuk Peningkatan Menit Bermain
Mauricio Souza menegaskan bahwa gagasan adanya kompetisi khusus U-23 adalah langkah strategis untuk meningkatkan kualitas pemain muda. Menurutnya, jika federasi sepak bola Indonesia ingin pemain muda mendapatkan menit bermain yang cukup, maka harus ada inisiatif untuk menciptakan wadah kompetisi tersebut. Ini akan memastikan pemain tidak hanya berlatih, tetapi juga berkompetisi secara reguler.
Pelatih asal Brasil ini juga menyoroti fakta bahwa tim-tim Super League cenderung tidak akan menurunkan pemain U-23 yang dipanggil ke timnas. Hal ini karena prioritas klub adalah meraih kemenangan di liga utama, yang seringkali mengorbankan kesempatan bermain bagi pemain muda. Dengan adanya kompetisi terpisah, pemain U-23 dapat fokus mengembangkan diri tanpa terbebani target klub di liga senior.
Souza secara tegas menyatakan bahwa di berbagai liga top dunia, tidak ada aturan yang mewajibkan klub memainkan pemain U-23. Ia menyebut contoh Eropa, Brasil, dan Argentina, di mana kebijakan serupa tidak diterapkan. Ini memperkuat argumennya bahwa Indonesia perlu mencari solusi yang lebih adaptif dan sesuai konteks pengembangan pemain muda.
Tanggapan Terhadap Keluhan Pelatih Timnas dan Regulasi Baru
Mauricio Souza menyatakan pemahamannya yang mendalam terhadap keluhan pelatih timnas Indonesia U-23, Gerald Vanenburg. Ia mengakui bahwa minimnya menit bermain bagi pemain muda adalah masalah nyata yang dihadapi oleh timnas. Meskipun demikian, Souza juga menekankan bahwa sebagai pelatih klub, ia tidak dapat secara langsung menyelesaikan masalah tersebut.
Situasi ini menjadi lebih relevan mengingat regulasi baru Super League musim 2025/2026. I-League sebagai operator kompetisi telah mewajibkan setiap tim untuk memiliki minimal lima pemain kelahiran 2003. Lebih lanjut, salah satu dari pemain kelahiran 2003 tersebut wajib dimainkan sebagai pemain inti selama 45 menit dalam satu pertandingan. Regulasi ini diharapkan dapat sedikit membantu meningkatkan menit bermain pemain muda.
Meski ada regulasi baru, Souza tetap berpendapat bahwa itu mungkin belum cukup. Ia melihat kompetisi khusus atau model piala sebagai pelengkap yang ideal. Adanya dua kompetisi akan memberikan fleksibilitas bagi klub untuk memainkan pemain U-23 tanpa mengganggu strategi tim utama.
Potensi Kompetisi Piala dan Penilaian Pemain Muda Persija
Selain usulan kompetisi khusus U-23, Mauricio Souza juga menyambut baik wacana mengenai kompetisi yang menggunakan sistem gugur. Ia sepakat bahwa format kompetisi seperti ini dapat menjadi solusi efektif untuk menambah jam terbang bagi pemain muda. Kompetisi piala seringkali memberikan kesempatan lebih besar bagi pemain lapis kedua atau muda untuk menunjukkan kemampuan mereka.
Souza berpendapat bahwa sepak bola Indonesia sangat membutuhkan kompetisi model piala. Dengan adanya dua jenis kompetisi, klub dapat lebih leluasa dalam mengelola skuad. Pemain U-23 bisa mendapatkan menit bermain yang signifikan di ajang piala, sementara tim utama tetap fokus pada liga. Ini mirip dengan sistem di Brasil, meskipun terkadang mereka mengeluh karena jadwal yang padat.
Persija Jakarta sendiri turut berkontribusi pada timnas Indonesia U-23 dengan menyumbangkan dua pemain, Dony Tri Pamungkas dan Rayhan Hannan, untuk kualifi...