
OBAT psikedelik ternyata bisa meningkatkan perasaan terhubung antar manusia, bahkan dengan orang asing. Studi terbaru menunjukkan MDMA dan LSD mampu memunculkan empati, kekaguman, dan kedekatan sosial yang jarang terlihat dalam eksperimen laboratorium standar.
Dr. Harriet de Wit, direktur Laboratorium Farmakologi Perilaku Manusia di Universitas Chicago, telah menghabiskan 45 tahun untuk meneliti bagaimana obat-obatan psikoaktif memengaruhi hubungan sosial.
Psikedelik Menghubungkan Kedekatan antar Manusia
Penelitian di laboratorium menemukan satu dosis MDMA dapat membuat seseorang merasa lebih dekat dan terhubung ketika berbincang dengan orang asing. Efek ini karena kadar oksitosin dalam air liur, yakni hormon yang mempengaruhi ikatan sosial.
Menurut Dr. de Wit, peningkatan koneksi ini memiliki implikasi besar untuk terapi gangguan trauma secara global. Studi juga membandingkan MDMA dengan metamfetamin. Meskipun keduanya meningkatkan perasaan kedekatan, hanya MDMA yang menunjukkan pola fisiologis dengan oksitosin.
Mikrodosis LSD dan MDMA
Uji coba acak dengan dosis rendah LSD menunjukkan perubahan sederhana dan sementara pada perasaan peserta. Sedangkan Mikro dosis tinggi meningkatkan empati dan mengurangi perasaan penolakan dalam interaksi sosial, tetapi efek tersebut tidak bertahan lama.
“Obat-obatan seperti MDMA dan LSD dosis rendah menghasilkan perubahan yang tidak biasa pada kondisi internal yang dilaporkan sendiri, seperti perasaan empati, kagum, dan menyatu dengan lingkungan,” kata Dr. de Wit.
Keinginan Meningkat Dengan Pantangan
Selain psikedelik, penelitian juga menyoroti bagaimana pantangan justru dapat meningkatkan keinginan. Studi menunjukkan keinginan yang dipicu oleh isyarat justru lebih besar setelah 35 hari dibandingkan 7 hari.
Contohnya, pada perokok. Temuan ini membantah anggapan bahwa keinginan untuk merokok akan hilang seiring waktu. Dengan mengetahui pola ini, dokter dapat merencanakan kunjungan tindak lanjut pada periode kritis ketika keinginan kembali memuncak. Hal ini membantu pasien bertahan dari kambuh.
Terapi MDMA untuk PTSD
Uji coba fase 3 menunjukkan terapi dengan MDMA mengurangi gejala PTSD sedang hingga parah. Hasil ini sejalan dengan temuan laboratorium yang menunjukkan MDMA mampu meningkatkan perasaan terhubung selama percakapan nyata.
Dr. de Wit menekankan pentingnya penelitian berkelanjutan untuk memahami efek psikedelik secara ilmiah. “Saya prihatin dengan menurunnya rasa hormat terhadap sains, beasiswa, dan pendidikan," kata Harriet de Wit.
Studi yang dipublikasikan dalam jurnal Psychedelics ini menegaskan bahwa psikedelik tidak hanya membawa risiko. Temuan tersebut juga menunjukkan bahwa psikedelik bisa menjadi sarana untuk memahami hubungan antar manusia. (Earth/Z-2)