Arab Saudi mendorong OPEC+ untuk lebih cepat mengembalikan pasokan minyak ke pasar. Menurut sejumlah sumber Blooomberg, pemerintahan Arab Saudi ingin aliansi tersebut mempertimbangkan peningkatan produksi lebih awal dari jadwal resmi, yang baru direncanakan akhir tahun depan. Langkah ini bertujuan merebut kembali pangsa pasar di tengah tekanan harga minyak yang melemah.
Aliansi produsen utama itu akan menggelar konferensi video pada Minggu untuk membahas kelanjutan pasokan sebesar 1,66 juta barel per hari yang masih tertahan. Diskusi ini berlangsung setelah lima bulan terakhir pasokan sempat meningkat, di saat harga minyak berjangka Brent justru terkoreksi hingga 2,4 persen.
Sejauh ini, belum ada kepastian apakah keputusan kenaikan produksi akan diambil segera atau menunggu beberapa bulan lagi.
“Arab Saudi, yang mendorong percepatan pemulihan produksi dalam upaya merebut kembali pangsa pasar global, ingin lebih meningkatkan produksi karena ingin mengimbangi harga yang lebih rendah dengan volume yang lebih tinggi,” ujar salah satu sumber Bloomberg dikutip Sabtu (6/9).
Meski begitu, usulan ini kemungkinan mendapat perlawanan dari anggota lain yang lebih memilih menjaga harga tetap tinggi.
Jika disetujui, kebijakan tersebut akan menandai perubahan strategi besar OPEC+ dari menjaga harga menuju mempertahankan pangsa pasar. Pergeseran ini bisa menekan negara-negara anggota yang kapasitas produksinya terbatas. Situasi ini semakin sensitif karena Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman, dijadwalkan bertemu Presiden AS Donald Trump di Washington pada November mendatang. Trump sendiri berulang kali menyerukan penurunan harga bahan bakar.
Menurut delegasi OPEC, Saudi ingin merebut kembali volume penjualan yang selama ini dinikmati pesaing.
“OPEC+ kemungkinan akan terus menambah produksi, melampaui pertumbuhan permintaan tahunan. Kelompok produsen ini berkomitmen untuk merebut kembali pangsa pasar,” kata Henning Gloystein, Direktur Pelaksana Energi, Iklim, dan Sumber Daya di Eurasia Group.
Di sisi lain, Badan Energi Internasional memprediksi kenaikan produksi berisiko menambah surplus minyak di kuartal keempat, sebagaimana diprediksiMeski harga sempat turun ketika OPEC+ mulai mengembalikan pasokan 2,2 juta barel per hari sejak April, harga berjangka justru kembali menguat belakangan ini.
Tambahan pasokan akan menguntungkan konsumen dan menjadi poin politik bagi Trump, tetapi sekaligus menjadi ancaman finansial bagi produsen di AS maupun anggota OPEC+ lain.
Mayoritas pedagang minyak mentah yang disurvei Bloomberg memperkirakan OPEC+ akan menunda langkah besar berikutnya, mengingat pasar global sudah menuju surplus tahun ini. Hal itu terjadi sebelum laporan Reuters muncul mengenai kemungkinan percepatan kenaikan produksi.
Harga minyak mentah Brent sejauh ini turun sekitar 10 persen sepanjang 2025, diperdagangkan di level USD 65,70 per barel di London pada Jumat. Goldman Sachs memperkirakan harga acuan internasional itu bisa turun ke kisaran $50-an tahun depan akibat kelebihan pasokan.
Trump, yang terus menekan agar harga energi lebih rendah, menyebut penurunan harga bisa membantu mengendalikan inflasi dan menekan Rusia terkait perang di Ukraina.
Pertemuan Minggu ini sendiri merupakan agenda rutin OPEC+ untuk meninjau kondisi pasar dan memantau kepatuhan terhadap kesepakatan pembatasan pasokan.