
POPULARITAS breathwork sebagai alat terapeutik untuk mengatasi tekanan psikologis berkembang dengan cepat. Latihan breathwork yang meningkatkan kecepatan atau kedalaman pernapasan, apalagi jika dipadukan dengan musik, dapat memicu perubahan kondisi kesadaran (altered states of consciousness / ASCs). Keadaan ini mirip dengan efek yang biasanya ditimbulkan oleh penggunaan zat psikedelik.
High Ventilation Breathwork (HVB) berpotensi menawarkan alternatif non-farmakologis, dengan lebih sedikit hambatan hukum dan etika untuk diadopsi secara luas dalam perawatan klinis. Namun, mekanisme neurobiologis dan pengalaman subjektif yang mendasari ASCs akibat HVB belum banyak diteliti.
Untuk menelusuri pengetahuan tersebut, Dr. Amy Amla Kartar dari Brighton and Sussex Medical School di University of Sussex dan bersama timnya melakukan karakterisasi ASCs yang muncul akibat HVB pada praktisi berpengalaman. Mereka menganalisis data laporan diri dari 15 peserta yang mengikuti secara daring, 8 peserta yang hadir langsung di laboratorium, serta 19 peserta yang menjalani pemindaian otak menggunakan MRI.
Tugas mereka terdiri dari sesi pernapasan siklik tanpa jeda selama 20-30 menit sambil mendengarkan musik, diikuti dengan serangkaian kuesioner dalam waktu 30 menit setelah menyelesaikan sesi breathwork.
Hasilnya menunjukkan intensitas ASCs yang ditimbulkan HVB sebanding dengan aktivasi simpatik kardiovaskular, sebagaimana ditunjukkan penurunan variabilitas detak jantung, yang mengindikasikan adanya respons stres potensial. Selain itu, ASCs yang ditimbulkan HVB dikaitkan dengan penurunan aliran darah secara signifikan pada operculum kiri dan posterior insula. Area otak yang berperan dalam merepresentasikan kondisi internal tubuh, termasuk pernapasan.
Meskipun HVB menyebabkan penurunan aliran darah yang luas dan menyebar ke otak, terdapat peningkatan progresif aliran darah selama sesi pada amygdala kanan dan anterior hippocampus. Area otak yang terlibat dalam pemrosesan memori emosional.
Perubahan aliran darah ini berkorelasi dengan pengalaman psikedelik, menunjukkan bahwa perubahan tersebut mungkin menjadi dasar dari efek positif breathwork ini. Selama semua sesi eksperimen, peserta melaporkan adanya pengurangan rasa takut dan emosi negatif, tanpa reaksi buruk.
Pada seluruh peserta dan pengaturan eksperimen, HVB secara konsisten meningkatkan ASCs yang didominasi oleh Oceanic Boundlessness (OBN), istilah yang diciptakan oleh Freud pada tahun 1920 untuk menggambarkan serangkaian perasaan yang saling terkait, termasuk pengalaman spiritual, wawasan, keadaan bahagia (blissful state), depersonalisasi positif, dan pengalaman kesatuan. OBN dianggap sebagai aspek utama dari ASCs yang ditimbulkan oleh zat psikedelik, seperti psilocybin.
Menurut para penulis, penelitian mereka bersifat baru dan eksploratif serta memerlukan replikasi oleh penelitian di masa depan, termasuk dengan jumlah sampel yang lebih besar dan kelompok kontrol untuk memisahkan efek musik pada otak.
Terlepas dari keterbatasan ini, temuan tersebut memberikan pemahaman yang lebih baik tentang HVB dan mengarahkan penelitian lebih lanjut untuk menelusuri aplikasi terapinya. “Penelitian kami adalah yang pertama menggunakan neuroimaging untuk memetakan perubahan neurofisiologis yang terjadi selama breathwork,” kata para peneliti.
Temuan utama penelitian ini menunjukkan bahwa breathwork dapat secara konsisten memunculkan keadaan psikedelik yang mendalam. Para peneliti meyakini bahwa keadaan tersebut berkaitan dengan perubahan fungsi pada area otak tertentu yang berperan dalam kesadaran diri, pemrosesan rasa takut, dan memori emosional. Selain itu, semakin besar perubahan aliran darah pada area otak tertentu, semakin kuat pula sensasi kesatuan, kebahagiaan, dan pelepasan emosi yang dialami, yang secara kolektif dikenal sebagai oceanic boundlessness. (sci.news/Z-2)