Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melaporkan ada 10 perusahaan yang sedang mengajukan pendaftaran untuk Initial Public Offering (IPO) alias melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI). Nilai emisi perusahaan-perusahaan ini diperkirakan mencapai Rp 5,3 triliun.
“Dengan total nilai emisi diperkirakan sekitar Rp 5,3 triliun, jumlah tersebut diyakini akan terus bertambah. Mengingat rata-rata laporan keuangan periode Juni yang diaudit menyeluruh baru selesai maksimal September, maka banyak emiten menggunakan laporan tersebut sebagai dokumen pendaftaran yang berlaku enam bulan hingga Desember,” ujar Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK, Inarno Djajadi, dalam konferensi pers, Kamis (4/9).
Terkait rencana penawaran umum perdana saham (IPO) menjelang akhir tahun, Inarno menyebut hingga kini belum ada informasi jelas mengenai potensi munculnya emiten berstatus lighthouse IPO maupun sektor tertentu yang diperkirakan akan mendominasi.
Inarno menegaskan, OJK tetap berkomitmen mendorong peningkatan kualitas. Sekaligus kuantitas emiten yang tercatat di BEI.
“Melalui beberapa regulasi, sebagai contoh pada Juni 2025 OJK telah menerbitkan POJK No. 13/2025 yang antara lain mengatur kewajiban underwriter untuk melakukan uji tuntas terhadap emiten sebelum menyampaikan pernyataan pendaftaran kepada OJK,” ungkapnya.
Selain aturan tersebut, OJK juga sedang meninjau sejumlah ketentuan terkait penawaran umum. Supaya prosesnya semakin sederhana sekaligus relevan dengan perkembangan terkini.
“Kami berharap penyempurnaan regulasi ini akan semakin mendorong kuantitas IPO yang berkualitas di Indonesia serta meningkatkan kepercayaan investor,” tambahnya.
Di sisi lain, OJK menilai aksi demonstrasi yang terjadi dalam beberapa hari terakhir tidak berdampak signifikan pada pasar modal. Hasil Rapat Dewan Komisioner Bulanan OJK pada 27 Agustus 2025 menyatakan sektor jasa keuangan masih stabil di tengah dinamika global maupun domestik.
Ketua Dewan Komisioner OJK, Mahendra Siregar, menuturkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bahkan mencetak capaian tertinggi pada bulan lalu.
"IHSG mencetak rekor tertinggi di Agustus 2025, meskipun dinamika dalam negeri dalam sepekan terakhir ini berdampak terbatas pada volatilitas pasar saham," kata Mahendra.
Berdasarkan penilaian OJK, kondisi lembaga jasa keuangan secara umum juga masih terjaga, dengan tingkat likuiditas yang memadai dan ditopang oleh solvabilitas yang solid.