Badan Pangan Nasional (Bapanas) akan melakukan pengecekan lapangan terkait harga beras yang naik di atas harga eceran tertinggi (HET). Menurut Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi, dengan peningkatan produksi seharusnya harga beras tak naik.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) memproyeksi produksi beras Januari-Oktober berada pada angka 31,04 juta ton. Bapanas sendiri juga memiliki proyeksi produksi beras secara tahun penuh 2025, yakni mencapai 33,93 juta ton.
“Saya bilang, kita harus cek, data di komputernya itu 33,9 juta ton (produksi tahun penuh). Kalau angkanya 33,9 juta ton, ya harusnya harganya tuh gak setinggi itu, saya mau crosscheck nih,” kata Arief ditemui di Gedung Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat pada Kamis (4/9).
Hitungan proyeksi 33,93 juta ton oleh Bapanas tersebut, didasarkan pada hitungan proyeksi oleh BPS sampai Oktober ditambah hitungan produksi November-Desember 2025, yang menggunakan rata-rata produksi bulanan 3 tahun sebelumnya.
Arief juga merespons mengenai stok beras premium dan SPHP yang sulit ditemui di ritel. Salah satu penyebabnya adalah perusahaan produsen beras premium menyetop produksi karena kasus beras oplosan beberapa waktu lalu. Meski demikian ia tetap mendorong pemenuhan stok beras premium di ritel.
“Perusahaan yang biasa memproduksi (premium) kemarin kan enggak memproduksi (karena kasus beras oplosan). Sekarang mereka lagi memperbaiki diri supaya bisa speknya sama-sama yang dimau (sesuai standar premium),” ujarnya.
Sementara untuk stok beras SPHP di ritel, Arief menjelaskan saat ini penyaluran sudah terus dilakukan bahkan lewat 1.000 truk per hari di seluruh Indonesia. Meski demikian, Bapanas akan terus mendorong Bulog untuk melakukan percepatan.
“Kalau per harinya misalnya 10 ribu ton (penyaluran beras SPHP) berarti sehari 1.000 truk. Di seluruh Indonesia. Ya itu makannya kita dorong terus (penyaluran oleh Bulog),” kata Arief.