Performative male mendadak jadi pembicaraan hangat usai kontesnya di Jakarta beberapa waktu lalu menjadi viral antara lain karena dimenangkan anak selebritas. Bukan cuma di Indonesia, kontes performative male dalam dua bulan terakhir juga bermunculan di banyak negara dari San Fransisco, Amerika Serikat, hingga ke Sydney, Australia.
Bagi yang belum tahu, performative male adalah pria dengan penampilan dan pembawaan yang dengan sengaja dikurasi untuk menarik perhatian perempuan. Performative male, misalnya, memakai tote bag kanvas dengan Labubu menggantung di talinya, memesan matcha latte ketika di kafe, menyukai K-Pop, dan membaca buku-buku tentang perempuan atau ditulis pengarang perempuan. Semua gaya dan aktivitas itu sebatas tampilan luar saja dan sejatinya pria itu tidak benar-benar menyukainya, karena itu disebut performative.
Perilaku membaca buku hingga meminum matcha latte dianggap sebagai indikasi pria yang dianggap baik atau “aman” atau belakangan ini disebut sebagai green flag. Kepribadian yang kalem, sensitif, berpikir terbuka, berani tampil beda, dan tidak agresif. Kebalikannya, lelaki yang mengindikasikan perilaku atau sifat red flag sebaiknya dijauhi.
Gaya busana, makanan dan minuman yang dikonsumsi, atau pilihan aktivitas seperti membaca buku adalah bentuk komunikasi nonverbal tentang jatidiri seseorang. Studi komunikasi menyebutnya sebagai komunikasi artifactual atau penyampaian pesan melalui benda-benda.
Kurasi benda-benda seperti baju dan aksesoris oleh seseorang, menurut pakar komunikasi Joseph A. DeVito, bertujuan mempengaruhi orang lain. Atau dalam kasus, performative male, menarik perhatian hingga dengan sengaja memperdaya orang lain.
Performative male dan tren green flag
Performative male muncul di tengah tren label green flag dan red flag di media sosial. Green flag menjadi petunjuk tentang kepribadian ideal dan kompatibilitas seseorang untuk membangun hubungan.
Ketika informasi tentang seseorang tidak banyak tersedia, maka kita akan cenderung mencari petunjuk-petunjuk nonverbal yang ada. Seperti apa penampilannya, apa barang-barang yang dimiliki, atau seperti apa hobinya. Hal ini terjadi ketika kita menjumpai akun media sosial seseorang atau perjumpaan di aplikasi pencarian jodoh.
Sebelum performative male misalnya ada istilah "Golden Retriever Boyfriend" yang dipersepsi seorang pria siap membina hubungan serius dan siap berkeluarga. Tanda-tanda green flag tersebut misalnya kerap membagikan foto menggendong bayi (yang tentu saja bukan anak sendiri), bermain dengan keponakan, atau memiliki hewan peliharaan.
Konten-konten green flag baik yang dilekatkan kepada laki-laki atau perempuan juga bertebaran di media sosial. ...