Pemerintah optimistis Indonesia tidak akan mengimpor beras sepanjang tahun 2025. Ini berkat produksi yang melimpah melebihi kebutuhan di dalam negeri.
Hal tersebut dikatakan Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman. Dia menyebutkan, dalam dua tahun terakhir, pemerintah selalu mengimpor beras untuk meningkatkan Cadangan Beras Pemerintah (CBP).
Hingga saat ini, kata Amran, Indonesia tidak impor beras di tengah kondisi global sedang krisis pangan. Sebab, stok beras sudah terkumpul kurang lebih 4 juta ton, lebih tinggi dari tahun lalu yang mencapai 2 juta ton.
"Insyaallah tidak ada impor karena stok kita banyak," kata Amran di Palembang, dikutip dari Antara, Sabtu (7/9).
Amran menjelaskan, berdasarkan informasi Badan Pusat Statistik (BPS) dan Badan Pangan dan Pertanian dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO), masa panen pada 2025 mencapai sekitar 34-35 juta ton atau naik 4 juta ton setara beras.
Selain itu, Amran mengungkapkan kenaikan stok itu juga membuat Nilai Tukar Petani (NTP) pada tahun ini naik tinggi hingga 123 persen yang dapat meningkatkan kesejahteraan petani.
"Kenaikan 4 juta ton ini membuat tambahan pendapatan petani juga naik Rp 60 triliun. Kita syukuri ini, di bawah gagasan Pak Presiden, dengan menyederhanakan regulasi, sarana produksi ditambah, mempermudah pengadaan pupuk dan lain-lain juga berkontribusi pada produksi," ujar Amran.
Beras Impor Tahun Lalu aman dikonsumsi
Direktur Utama Perum Bulog, Ahmad Rizal Ramdhani, meminta masyarakat tidak perlu khawatir terhadap kualitas beras hasil impor tahun 2024 yang masih tersimpan di gudang penyimpanan Bulog.
“Jadi beras yang ada di tempat kami ini (gudang Bulog), yang di Jakarta, juga ada yang (masih menyimpan) stok tahun 2024,” kata Rizal dalam kunjungannya ke Gudang Bulog di Kanwil Jakarta-Banten, Jakarta Timur, Sabtu (6/9).
Menurut Rizal, beras-beras itu diolah setiap hari melalui proses pembersihan dan penggunaan peralatan khusus. Dari hasil pengolahan tersebut, kualitas beras yang baik tetap terjaga, sementara beras yang kurang layak otomatis terpisahkan.
“Itu (beras impor) kita olah (secara) harian seperti tadi. Kalau setelah diolah, dibersihkan, dan digunakan (dengan) alat-alat. Hasilnya cukup baik, yang jelek-jelek sudah terpisahkan dengan sendirinya,” jelas Rizal.
Rizal menyebut penanganan beras di gudang dilakukan melalui fumigasi, yang kemudian dievaluasi dengan mengambil sampel dari berbagai titik, mulai dari pojok, tengah, hingga bagian atas tumpukan beras. Jika ternyata ditemukan hama, fumigasi dilanjutkan hingga hama benar-benar mati.
Sementara itu,beras yang telah dipisahkan tidak dibuang, melainkan dimanfaatkan untuk kebutuhan pakan agar tetap bermanfaat. Ia juga memastikan bahwa opsi pembuangan atau disposal tidak langsung dilakukan.
Kemudian terkait daya simpan, Rizal mengatakan pihaknya mengklasifikasikan beras berdasarkan usia stok, mulai dari 0 hingga 3 bulan, 3 hingga 6 bulan, 6 hingga 9 bulan, 9 bulan hingga 1 tahun, dan yang di atas 1 tahun.
“Jadi kita buat klasifikasi itu. Namun pada prinsipnya, sepanjang itu beras dipelihara atau dirawat dengan baik, insyaallah masa pakainya itu panjang,” ucap Rizal.